Sabtu, 21 Juli 2012

Pendidikan Anak Dalam Islam

PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM
Drs. Hi. Sutino sasmito

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saudara-saudara  ma’asyiral Muslimin raimakumullah.

Telah maklumlah bagi kita semua, bahwa anak adalah merupakan “amanat” dari Allah SWT. Maka tidaklah ringan beban orang tua yang telah mendapat amanat dari Allah itu. Tentu saja barang amanat hendaknya dipelihara dan dirawat sesuai dengan pesan yang memberi amanat.
Maka bilamana sementara orang menganggap bahwa anak hanyalah sebagai kebanggaan saja, sebagai sesuatu untuk menyombongkan diri  dan pameran gagah-gagahan, kemudian anak tersebut tidak dididik dan tidak dibimbing sesuai dengan perintah Allah, amat celakalah orang tersebut. Akibatnya akan fatal, yakni sang anak  akan mejadi biangnya orang tua terseret ke lembah neraka di akherat dan mendapatkan malu di dunia. Mengapa sang anak membawa orang tuanya ke neraka? Sebabnya ialah karena orang tua melalaikan perintah Allah untuk ”memelihara dirinya dan anggota keluarganya dari api neraka”.

 Allah SWT mengingatkan kita dalam Al-Qur’an, surat At-Tahrim ayat 6 :

”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Ma’asyiral muslimin raimakumullah.

Jika sang anak tidak mendapatkan pendidikan dan bimbingan yang benar, dia akan menjadi anak nakal dan anak durhaka. Bila terjadi hal yang demikian, akan berlakukah kemungkinan dua peribahasa yang populer, yakni: ”Seperti ayam beranak itik” atau ”Ibarat membesarkan anak harimau”.
Dua peribahasa di atas, mengandung pelajaran sekaligus peringatan bagi para orang tua. ”Seperti ayam beranak itik”, maknanya ketika masih kecil dipelihara baik-baik, disayang dan dimanja, disusui dan digendong, ditimang dan diayun, tetapi setelah besar dia berpisah dengan orang tuanya. Dia berpisah karena jalan hidupnya telah lain dengan jalan hidup orang tuanya. Telah lain tujuan dan haluan, berlainan paham dan aqidahnya, bahkan berlainan  agamanya. Kalau berlainan masalah yang tidak prinsip bukanlah soal, tetapi bila berlainan masalah aqidah atau keyakinan , ini masalah fatal.
 Begitu pula pepatah, ”Ibarat membesarkan anak harimau”, karena sang anak menjadi anak duhaka, maka kejadian yang kita dengar sehari-hari amat mengerikan. Ada anak menghardik orang tua, bahkan mencaci maki, memusuhi dan melawan orang tua. Karena memelihara dan membesarkan anak harimau, sudah barang tentu anak  tersebut setelah besar akan berganti melawan orang yang membesarkannya. Itulah ilustrasi yang besar kemungkinan saat ini telah banyak terjadi.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.

          Sehubungan dengan masalah di atas, maka tidak ada alternatif lain bagi kita, khususnya para orang tua, kecuali mendidik anak-anak kita serta membimbingnya kepada ”Taqwallah”. Zaman selalu berubah, putaran dan pergantian masa begitu cepat. Suasana lingkungan dan perkembangan tekhnologi mempunyai dampak yang besar terhadap kehidupan kerohanian dan perubahan nilai.  Bertolak dari sinilah mengapa kita mutlak harus memberikan banyak bekal kerohanian kepada anak-anak kita. Karena bila tidak, mereka akan kewalahan menghadapi perkembangan zaman. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

 ”Didiklah anak-anakmu karena mereka itu dijadikan buat menghadapi zaman yang sama sekali lain dari zamanmu ini”.

Umar bin Khattab r.a. juga pernah berkata:

 ”Sesungguhnya anak-anak kalian dijadikan untuk generasi yang lain dari generasi anda sekarang ini, dan dijadikan untuk (menghadapi) zaman yang lain dari zaman anda sekarang ini”.
Dengan sabda Rasulullah saw dan pesan Umar bin Khattab r.a di atas, menjadi jelaslah bhwa sejak kecil anak-anak kita seharusnya telah menerima pendidikan agama. Sejak anak dalam kandungan, setelah lahir hingga dewasa, masih perlu kita bimbing. Berdasarkan sebuah penelitian ilmu pengetahuan moderen menyimpulkan bahwa faktor yang sangat dominan dalam pembentukan jiwa manusia adalah lingkungan. Dan lingkungan pertama yang dialami oleh sang anak adalah asuhan ibu dan ayah. Inipula yang menjadi alasan, mengapa mendidik anak itu dimulai sejak dini, karena perkembangan jiwa anak telah mulai tumbuh semenjak kecil, sesuai dengan fitrahnya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw :
 
”Setiap anak dilahirkan atas fitrah, sehingga lancar lidahnya; maka kedua orangtuanyalah  yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Thabrani, Baihaqy).

          Untuk itu, sebagai orang  tua kita dituntut untuk mendidik dan membmbing anak-anak kita kepada agama yang sesuai dengan fitrah (naluri manusia) yakni Agama Islam, agar mereka memiliki aqidah yang kokok, Ibadah yang kuat serta akhlak yang karimah. Anak-anak kita laksana kertas putih bersih. Orang tualah yang  nantinya memberikan corak dan warna lukisan apa yang dikehendaki.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Allah SWT mengingatkan kita sebagai orang tua, bahwa anak disamping sebagai amanat, mereka juga dapat menjadi cobaan atau fitnah bahkan dapat mejadi musuh bagi orang tua. Bila anak tidak dididik dan dibimbing sesuai dengan ajaran Islam, maka besar kemungkinan anak akan menjadi musuh bagi orang tuanya. Seperti Kan’an berkompromi dengan orang kafir kemudian memusuhi ayahnya Nabi Nuh a.s. Itulah contoh yang jelas dalam kehidupan seorang Nabi.

Rasulullah SAW bersabda:

 ”Bukanlah musuhmu itu orang yang apabila engkau bunuh dia, berarti kamu menjadi menang,dan kalau kamu mati terbunuh maka kamu akan masuk syurga; tetapi musuhmu itu terkadang adalah anak yang lahir dari tulang rusukmu sendiri. Kemudian musuhmu yang paling berat lagi ialah harta benda yang kamu miliki”. (HR. Thabrani).

Anak durhaka, itulah yang akan menjadi musuh bagi orang tuanya dan menjadi musuh bagi orang lain. Tak ada kata yang didengarkan, tak ada nasehat yang diperhatikan. Mungkin dia diam jika diberi nasehat tetapi setelah itu hilang lenyap tiada bekas. Sehingga tak ada air sejuk yang manapun yang mampu menjinakkan hatinya, karena dirinya jauh dari petunjuk Allah SWT. Orang tuanya sendiri dilawannya, disakiti fisiknya bahkan dibunuhnya, karena barangkali dianggap menghalangi maksud dan kehendaknya.  Hal ini telah Allah peringatkan dalam Al-Qur’an surat At-Taghabun ayat 14 – 15 :
”Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara Isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
”Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Jika demikian tentulah kita sebagai orang tua, sangat mengharapkan hadirnya anak-anak yang sholeh dan sholehah. Upaya untuk mencetak anak yang sholeh dan sholehah harus dimulai melalui proses pendidikan yang benar. Terdapat Tiga Pusat Pendidikan atau Tri Pusat Pendidikan yang dapat menghantarkan anak kearah pembentukan jati diri yang baik, yaitu : Keluarga, Sekolah dan Masyarakat.

Pertama :Pendidikan Keluarga
Sebelum anak mengenal sekolah dan masyarakat lingkungannya, terlebih dahulu ia hidup dalam alam dan udara keluarga. Dalam keluarga itulah dia mengenal pendidikan atau mengenyamnya pada mula pertama kali. Terutama ibunya, sejak dalam kandungan dia telah mempunyai ”hubungan batin” dengan sang ibu. Kemudian dalam keluarga si anak mula-mula mengenal kata-kata dan pengertiannya, ucapan-ucapan dan bacaan-bacaan. Juga berbagai contoh teladan yang nantinya tidak dapat lepas dari apa yang bakal dipraktekkannya dalam kehidupan anak selanjutnya.

Kedua : Pendidikan Sekolah
Orang tua hendaknya jangan terlalu yakin menyerahkan anaknya pada sekolah yang kurang benar situasinya. Sebagai seorang muslim, menyekolahkan anak mestinya pada sekolah yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Atau jika terpaksa pada sekolah-sekolah umum, janganlah orang tua ”melepaskan” begitu saja pengawasan dan pendidikan Agama meskipun dengan cara yang bagaimanapun. Bila orang tua menyekolahkan anaknya pada sekolah umum, hendaknya dipilih sekolah yang disiplinnya kuat.

Ketiga : Pendidikan dalam Masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu media pendidikan yang tidak kalah pentingnya bagi pembentukan kepribadian anak. Tidak jarang anak yang awalnya penurut lagi taat pada ajaran Agama dan orang tua, tiba-tiba luntur kepribadiannya. Ada pula anak yang ketika di rumah  yang masih mendapatkan pengawasan orang tuanya secara dominan, tiba-tiba berubah jalan hidupnya keluar dari kebenaran, setelah terkena pengaruh salah  pergaulan. Karena itu pendidikan masyarakat juga memegang peranan penting dan tidak boleh diabaikan. Agar kepribadian anak tetap terjaga, maka orang tua seyognyanya mengarahkan anak-anak mereka yang telah menanjak usia dewasa untuk ikut aktif dalam organisasi kepemudaan di masyarakat dengan tetap diberikan pengawasan secara bijaksana.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Demikianlah beberapa hal yang harus dipahami tentang pendidikan  anak dalam pandangan Islam, guna mempersiapkan generasi rabbani yang tangguh dalam Aqidah, Teguh dalam ibadah dan Istiqamah dalam ber-akhlaqul karimah. Semoga anak-anak kita menjadi anak anak penentram  batin, penyejuk jiwa serta harapan bagi orang tuanya baik semasa di dunia hingga mereka telah tiada. Amin yaa rabbal’alamin.

Subhanakallahumma wabihamdika, asyhadu ’ala ilaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaihi.
Nasrun minallah wa fathun qarib.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar