PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM
Drs. Hi. Sutino sasmito
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Saudara-saudara
ma’asyiral Muslimin raimakumullah.
Telah maklumlah
bagi kita semua, bahwa anak adalah merupakan “amanat” dari Allah SWT. Maka tidaklah ringan
beban orang tua yang telah mendapat amanat dari Allah itu. Tentu saja barang
amanat hendaknya dipelihara dan dirawat sesuai dengan pesan yang memberi amanat.
Maka bilamana sementara orang menganggap bahwa
anak hanyalah sebagai kebanggaan saja, sebagai sesuatu untuk menyombongkan diri
dan pameran gagah-gagahan, kemudian anak
tersebut tidak dididik dan tidak dibimbing sesuai dengan perintah Allah, amat
celakalah orang tersebut. Akibatnya akan fatal, yakni sang anak akan mejadi biangnya orang tua terseret ke
lembah neraka di akherat dan mendapatkan malu di dunia. Mengapa sang anak
membawa orang tuanya ke neraka? Sebabnya ialah karena orang tua melalaikan
perintah Allah untuk ”memelihara dirinya dan anggota keluarganya
dari api neraka”.
Allah SWT
mengingatkan kita dalam Al-Qur’an, surat At-Tahrim ayat 6 :
”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”.
Ma’asyiral
muslimin raimakumullah.
Jika sang anak tidak mendapatkan pendidikan dan bimbingan yang benar, dia
akan menjadi anak nakal dan anak durhaka. Bila terjadi hal yang demikian, akan berlakukah
kemungkinan dua peribahasa yang populer, yakni: ”Seperti ayam beranak itik”
atau ”Ibarat
membesarkan anak harimau”.
Dua peribahasa di atas, mengandung pelajaran sekaligus peringatan bagi para
orang tua. ”Seperti ayam beranak itik”, maknanya ketika masih kecil dipelihara
baik-baik, disayang dan dimanja, disusui dan digendong, ditimang dan diayun,
tetapi setelah besar dia berpisah dengan orang tuanya. Dia berpisah karena
jalan hidupnya telah lain dengan jalan hidup orang tuanya. Telah lain tujuan
dan haluan, berlainan paham dan aqidahnya, bahkan berlainan agamanya. Kalau berlainan masalah yang tidak prinsip
bukanlah soal, tetapi bila berlainan masalah aqidah atau keyakinan
, ini masalah fatal.
Begitu pula pepatah, ”Ibarat
membesarkan anak harimau”, karena sang anak menjadi anak duhaka, maka
kejadian yang kita dengar sehari-hari amat mengerikan. Ada anak menghardik
orang tua, bahkan mencaci maki, memusuhi dan melawan orang tua. Karena
memelihara dan membesarkan anak harimau, sudah barang tentu anak tersebut setelah besar akan berganti melawan
orang yang membesarkannya. Itulah ilustrasi yang besar kemungkinan saat ini
telah banyak terjadi.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah.
Sehubungan
dengan masalah di atas, maka tidak ada alternatif lain bagi kita, khususnya
para orang tua, kecuali mendidik anak-anak kita serta membimbingnya kepada ”Taqwallah”.
Zaman selalu berubah, putaran dan pergantian masa begitu cepat. Suasana
lingkungan dan perkembangan tekhnologi mempunyai dampak yang besar terhadap
kehidupan kerohanian dan perubahan nilai. Bertolak dari sinilah mengapa kita mutlak
harus memberikan banyak bekal kerohanian kepada anak-anak kita. Karena bila
tidak, mereka akan kewalahan menghadapi perkembangan zaman. Dalam hal ini
Rasulullah SAW bersabda:
”Didiklah anak-anakmu
karena mereka itu dijadikan buat menghadapi zaman yang sama sekali lain dari
zamanmu ini”.
Umar bin
Khattab r.a. juga pernah berkata:
”Sesungguhnya
anak-anak kalian dijadikan untuk generasi yang lain dari generasi anda sekarang
ini, dan dijadikan untuk (menghadapi) zaman yang lain dari zaman anda sekarang
ini”.
Dengan sabda Rasulullah saw dan pesan Umar bin Khattab r.a di atas, menjadi
jelaslah bhwa sejak kecil anak-anak kita seharusnya telah menerima pendidikan
agama. Sejak anak dalam kandungan, setelah lahir hingga dewasa, masih perlu
kita bimbing. Berdasarkan sebuah penelitian ilmu pengetahuan moderen
menyimpulkan bahwa faktor yang sangat dominan dalam pembentukan jiwa manusia
adalah lingkungan. Dan lingkungan pertama yang dialami oleh sang anak
adalah asuhan ibu dan ayah. Inipula yang menjadi alasan, mengapa
mendidik anak itu dimulai sejak dini, karena perkembangan jiwa anak telah mulai
tumbuh semenjak kecil, sesuai dengan fitrahnya. Hal ini sesuai dengan sabda
Rasulullah saw :
”Setiap anak
dilahirkan atas fitrah, sehingga lancar lidahnya; maka kedua
orangtuanyalah yang menjadikan dia
Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Thabrani, Baihaqy).
Untuk
itu, sebagai orang tua kita dituntut
untuk mendidik dan membmbing anak-anak kita kepada agama yang sesuai dengan
fitrah (naluri manusia) yakni Agama Islam, agar mereka memiliki
aqidah yang kokok, Ibadah yang kuat serta akhlak yang karimah. Anak-anak kita
laksana kertas putih bersih. Orang tualah yang nantinya memberikan corak dan warna lukisan
apa yang dikehendaki.
Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah.
Allah SWT mengingatkan kita sebagai orang tua, bahwa anak disamping sebagai
amanat,
mereka juga dapat menjadi cobaan atau fitnah bahkan dapat
mejadi musuh bagi orang tua. Bila anak
tidak dididik dan dibimbing sesuai dengan ajaran Islam, maka besar kemungkinan
anak akan menjadi musuh bagi orang tuanya. Seperti Kan’an berkompromi dengan
orang kafir kemudian memusuhi ayahnya Nabi Nuh a.s. Itulah contoh yang jelas dalam
kehidupan seorang Nabi.
Rasulullah SAW bersabda:
”Bukanlah musuhmu
itu orang yang apabila engkau bunuh dia, berarti kamu menjadi menang,dan kalau kamu
mati terbunuh maka kamu akan masuk syurga; tetapi musuhmu itu terkadang adalah
anak yang lahir dari tulang rusukmu sendiri. Kemudian musuhmu yang paling berat lagi ialah harta benda yang kamu
miliki”. (HR. Thabrani).
Anak durhaka, itulah yang akan menjadi musuh bagi orang tuanya dan menjadi
musuh bagi orang lain. Tak ada kata yang didengarkan, tak ada nasehat yang
diperhatikan. Mungkin dia diam jika diberi nasehat tetapi setelah itu hilang
lenyap tiada bekas. Sehingga tak ada air sejuk yang manapun yang mampu
menjinakkan hatinya, karena dirinya jauh dari petunjuk Allah SWT. Orang tuanya
sendiri dilawannya, disakiti fisiknya bahkan dibunuhnya, karena barangkali
dianggap menghalangi maksud dan kehendaknya.
Hal ini telah Allah peringatkan dalam Al-Qur’an surat At-Taghabun ayat
14 – 15 :
”Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara
Isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, Maka berhati-hatilah
kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
”Sesungguhnya
hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala
yang besar”.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah.
Jika demikian tentulah kita sebagai orang tua, sangat mengharapkan hadirnya
anak-anak yang sholeh dan sholehah. Upaya untuk mencetak anak yang sholeh dan
sholehah harus dimulai melalui proses pendidikan yang benar. Terdapat Tiga
Pusat Pendidikan atau Tri Pusat Pendidikan yang dapat
menghantarkan anak kearah pembentukan jati diri yang baik, yaitu : Keluarga, Sekolah dan Masyarakat.
Pertama :Pendidikan Keluarga
Sebelum anak mengenal sekolah dan masyarakat lingkungannya, terlebih dahulu
ia hidup dalam alam dan udara keluarga. Dalam keluarga itulah dia mengenal
pendidikan atau mengenyamnya pada mula pertama kali. Terutama ibunya, sejak
dalam kandungan dia telah mempunyai ”hubungan batin” dengan sang ibu. Kemudian dalam keluarga si anak mula-mula mengenal
kata-kata dan pengertiannya, ucapan-ucapan dan bacaan-bacaan. Juga berbagai
contoh teladan yang nantinya tidak dapat lepas dari apa yang bakal
dipraktekkannya dalam kehidupan anak selanjutnya.
Kedua : Pendidikan Sekolah
Orang tua hendaknya jangan terlalu yakin menyerahkan anaknya pada sekolah
yang kurang benar situasinya. Sebagai seorang muslim, menyekolahkan anak
mestinya pada sekolah yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Atau jika
terpaksa pada sekolah-sekolah umum, janganlah orang tua ”melepaskan” begitu saja
pengawasan dan pendidikan Agama meskipun dengan cara yang bagaimanapun. Bila
orang tua menyekolahkan anaknya pada sekolah umum, hendaknya dipilih sekolah
yang disiplinnya kuat.
Ketiga : Pendidikan dalam Masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu media pendidikan yang tidak kalah pentingnya
bagi pembentukan kepribadian anak. Tidak jarang anak yang awalnya penurut lagi
taat pada ajaran Agama dan orang tua, tiba-tiba luntur kepribadiannya. Ada pula
anak yang ketika di rumah yang masih
mendapatkan pengawasan orang tuanya secara dominan, tiba-tiba berubah jalan
hidupnya keluar dari kebenaran, setelah terkena pengaruh salah pergaulan. Karena itu pendidikan masyarakat
juga memegang peranan penting dan tidak boleh diabaikan. Agar kepribadian anak
tetap terjaga, maka orang tua seyognyanya mengarahkan anak-anak mereka yang
telah menanjak usia dewasa untuk ikut aktif dalam organisasi kepemudaan di
masyarakat dengan tetap diberikan pengawasan secara bijaksana.
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah.
Demikianlah beberapa hal yang harus dipahami tentang pendidikan anak dalam pandangan Islam, guna mempersiapkan
generasi
rabbani yang tangguh dalam Aqidah, Teguh
dalam ibadah dan Istiqamah dalam ber-akhlaqul karimah.
Semoga anak-anak kita menjadi anak anak penentram batin, penyejuk jiwa serta harapan bagi orang
tuanya baik semasa di dunia hingga mereka telah tiada. Amin yaa rabbal’alamin.
Subhanakallahumma
wabihamdika, asyhadu ’ala ilaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaihi.
Nasrun minallah
wa fathun qarib.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar