Minggu, 22 Juli 2012

Khutbah : Idul Fitri


MEMBANGUN MENTALITAS BANGSA YANG BERMARTABAT
Oleh : Drs. H. Sutino Sasmito

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.

Mengawali khutbah Idul Fitri pada pagi ini, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadlirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan karuniaNya yang masih kita rasakan hingga saat ini. Bersyukur, karena kita telah berhasil menunaikan puasa Ramadhan. Bersyukur, karena kita diberi kesempatan  untuk meraih kemenangan pada hari ini, menang sebagai insan Muttaqien sebagaimana yang dijanjikanNya. Sholawat dan salam semoga Allah limpahkan atas diri Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat dan seluruh pengikutnya yang setia menghidupkan sunnah dan risalahnya hingga akhir zaman nanti. Amin.

Jama’ah Idul Fitri rahimakumullah

Sejak Indonesia merdeka  tahun 1945 yang lalu, bangsa kita telah mengalami 66 kali berpuasa ramadhan dan 66 kali berhari Raya idul Fitri. Hal yang perlu kita renungkan dengan sekian kali kita jalankan Puasa Ramadhan dan sekian kali kita rayakan Idul Fitri, sudahkah membawa dampak bagi terciptanya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, bermartabat, berbudaya dan berperadaban?. Untuk menjawab pertanyaan  di atas, marilah sejenak kita renungkan, tentang kisah lama yang tercatat dalam tarikh Islam, yakni ketika Khalifah Umar bin Khatab hendak menguji kejujuran seorang anak penggembala kambing.

Suatu ketika Khalifah Umar mendatangi seorang anak penggembala kambing, seraya membujuknya agar anak itu bersedia menjual seekor kambingnya kepada beliau, mumpung keadaan sepi dan tidak ada orang yang melihatnya. Umar meyakinkan bahwa tuannya tidak akan tahu sekiranya kambingnya berkurang satu ekor. Setelah berbagai cara dilakukan sang Khalifah, anak itupun menjawab dengan lugas : “Allah pasti Maha tahu apa yang aku lakukan, dan aku malu kepadaNya jika aku melakukan hal tidak terpuji ini”. Mendengar jawaban anak penggembala tersebut, betapa tersayat hati Khalifah Umar bin Khatab, ternyata rakyatnya masih ada yang memegang teguh nilai-nilai “kejujuran”.

Kaum Muslimin, Jama’ah Idul Fitri Rahimakumullah

Itulah sepenggal kisah lama yang hampir terkubur. Dari kisah di atas, dapat kita jadikan i’tibar tentang kondisi negeri kita saat ini.  Sekarang ini di negeri yang penduduknya mayoritas beragama Islam, bahkan tercatat sebagai negara Islam terbesar di dunia, di negeri yang berdasarkan Pancasila, yang sila pertamanya berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, ternyata kejujuran menjadi barang yang sangat langka. Kejujuran hanya dijadikan slogan dan bahan khutbah , tidak pernah diaplikasikan dalam kehidupan. Saat ini bahkan banyak beredar semboyan sesat dalam masyarakat kita, yang Jujur akan hancur, yang lurus akan kurus, yang ikhlas akan tergilas. Nalar waras dan nurani kita tentu akan berontak ketika kita mengenang kisah tragis yang dialami sebuah keluarga, pasangan Widodo – Siami dan anaknya saat mengadukan kecurangan ujian nasional di salah satu SDN di negeri ini.

Siami yang mencoba berlaku Jujur, ternyata malah sempat terusir dari desanya. Warga marah karena perilaku jujur Siami dan anaknya yang didukung sang suami itu akan menyebabkan anak-anak warga yang satu sekolah dengan anak Siami terancam tidak lulus. Walaupun sekarang keluarga Siami sudah dimaafkan warga dan boleh kembali ke desanya, terlebih lagi setelah Mendiknas menyatakan tidak ada aksi contek masal di SDN Gadel II Surabaya itu, kisah memilukan itu dinyatakan selesai. Namun masih ada satu hal yang mengganjal, yaitu ada praktek untuk membungkam kejujuran. Dimasa depan orang akan berfikir ulang untuk menyuarakan kebenaran. Dengan kuatnya membungkam kebenaran bukan tidak mungkin seluruh penduduk negeri ini akan memilih menjadi “syetan bisu” yang tidak mau menyuarakan kebenaran, atau malah akan menjadi “juru bicara syetan” untuk menyebarkan kebohongan.

Jama’ah Rahimakumullah,

Shaum Ramadhan baru saja usai kita tunaikan, hari kemenangannya  sedang kita rayakan, tetapi mentalitas bangsa terasa masih berantakan. Shaum Ramadhan yang mengajarkan “kejujuran” ternyata belum mampu merasuk ke dalam sanubari masyarakat kita. Puasa dijalankan tetapi kebohongan juga tetap melenggang, lebih-lebih dilingkungan para pemimpin di negeri ini. Kita melihat, para tokoh di Republik ini sedang menjalankan drama kepura-puraan. Masyarakat selalu disuguhi adegan menyakitkan dari mereka yang sering dijuluki “kelompok manusia terhormat”. Kebijakan pemimpin dari pusat hinggá daerah yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat, sandiwara para politisi yang kian menguras energi, korupsi yang semakin menggurita, baik yang dilakukan secara individu maupun secara berjama’ah, bahkan budaya suap yang terus melembaga dikalangan birokrat, benar-benar telah meruntuhkan kepercayaan diri kita sebagai bangsa yang ber-Pancasila.

Biduk negeri ini pelan tapi pasti akan pecah dan karam, layar perahu negeri ini akan koyak. Rakyat akan semakin terlantar, tidak terurus dan perlahan-lahan akan menjadi paria, bahkan menjadi pengemis di negerinya sendiri. Sementara kita melihat elit negeri ini telah membiarkan antara lisan dan perbuatannya pecah kongsi. Elit politik sibuk bertikai dan berbohong sementara negara dibiarkan berjalan sendiri alakadarnya. Begitu pula kondisi perekonomian menunjukkan grafik menurun, buktinya BBM kian langka,  harga kebutuhan hidup masyarakat kian melonjak. Ekonomi memang berjalan tetapi berjalan dengan sendirinya tanpa ada desain jelas dari pemerintah. Bila hal ini dibiarkan maka lama kelamaan akan runtuh juga, dan tidak menutup kemungkinan krisis ekonomi akan menyambangi kembali negeri ini seperti yang pernah terjadi pada dekade sebelumnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd.
Di dalam AlQur’an, Allah SWT telah mengingatkan :

 “Dan jika kami hedak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta’ati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”. (QS. Al- Isra’ ayat : 16).

Dalam Kitab Duratun Nashihin disebutkan, kelak akan datang pada suaatu masa akan menimpa ummat Islam, dimana akan lahir (1) Para pemimpin bermental singa (2) para menterinya bermental serigala (3) para penegak hukumnya bermental anjing dan (4) masyrakatnya bermental kambing.

Jika kita maknai lebih mendalam,  Singa memiliki karakter : galak, maunya menang sendiri dan merasa takut jika dirinya tersaingi binatang lain, prinsip hidupnya : dirinya harus menjadi raja walau dengan cara apapun. Adapun  Serigala memiliki karakter: binatang paling licik, demi ambisi tujuannya ia rela bergonta ganti sifat, ia tidak punya pendirian yang istiqamah yang penting dirinya aman. Sementara Anjing mempunyai watak: sangat bergantung pada tuannya, jika tuannya rajin memberinya daging ia akan rela mengabdi dengan seluruh kemampuannya, tetapi bila tuannya tidak lagi memberinya daging, ia rela menerkamnya. Adapun Kambing ádalah binatang yang memiliki karakter: sebagai binatang yang begog, tidak memiliki harapan masa depan, yang penting hari ini makan, yang penting dirinya gemuk meski esok hari dirinya akan disembelih pemiliknya.
 Terlepas benar atau salah ilustrasi di atas, tetapi ada kemiripan dengan apa yang terjadi di negeri tercinta ini. Jika karakter di atas telah membudaya, bukan barang mustahil negeri ini akan hancur sehancur hancurnya dengan derasnya malapetaka. Apalagi jika kita mengutip pandangan sahabat Ali bin Abi Thalib r.a. Beliau mengatakan : Ada Lima penyebab turunnya malapetaka atas diri ummat Islam, yakni :

  1. Bila Islam tinggal namanya saja   
  2. Jika agama dipraktekkan dalam bentuk ceremonial saja    
  3. Al-Qur’an sekedar dibaca , tetapi tidak dikaji isinya apalagi diamalkan ajarannya  
  4.  Masjid banyak didirikan, tetapi tidak dimakmurkan melainkan sekedar untuk saling berbangga-banggaan   
  5. Banyaknya ulama yang telah menjadi pengkhianat, dari dirinya datang fitnah dan kepadanya pula fitnah itu kembali.

Sementara menurut pandangan di kalangan Hukama, bahwa binasanya suatu negeri disebabkan lima hal pula, yakni : (1) Para Ulama tidak lagi mengajar agama tetapi sibuk berpolitik (2) Para penguasa telah beramai-ramai menjadi pengumpul harta (3) Para pemimpin telah berlaku sewenang-wenang terhadap rakyatnya (4) Banyak orang awam bebas beragama tanpa memahami hujjahnya (5) Banyak pegawai yang tidak lagi jujur dalam bekerja.

 Menurut pandangan Mahatma Gandhi yang pemikiranya dikembangkan oleh Stephen R. Covey dalam bukunya yang berjudul ”Principle Centered Leadership”, menginventarisasi 7 (tujuh) dosa besar yang menyebabkan carut marutnya bumi saat ini. Ketujuh dosa besar tersebut adalah : (1) Jika kekayaan yang diperoleh didapat dengan cara yang tidak halal (2) Kenikmatan yang diperoleh dengan mengingkari suara hati (3) Pengetahuan yang dimiliki manusia tidak lagi beretika (4) Bisnis tanpa dilandasi moral (5) Pengetahuan tanpa dilandasi nilai kemanusiaan (6) Agama tanpa pengorbanan  dan (7) Politik tanpa prinsip.

Jama’ah Idul Fitri Rahimakumullah.

Ibadah Shoum Ramadhan yang Idul Fitrinya kita rayakan hari ini, sejatinya salah satu cara Allah SWT untuk mengajari ummat manusia agak menjadi makhluk yang bermartabat, berbudaya atau dalam istilah Al- Qur’an manusia ”bertaqwa”. Memang untuk menjadi individu dan bangsa yang berperadaban dituntut keberanian melakukan perbaikan diri. Tidak salah jika kita harus belajar dari kehidupan binatang ulat.

”Ulat” adalah salah satu ciptaan Allah SWT yang dapat kita tadaburi. Dalam pandangan naluri kita, ulat adalah binatang yang menakutkan juga menjijikkan. Struktur tubuhnya yang dibalut dengan bulu dapat membuat takut bagi yang melihatnya. Kehidupan ulat terus berjalan dari satu tempat ke tempat lain, dan tidak jarang setiap dedaunan atau tanaman yang dilewatinya, rusak karena gigitannya. Banyak petani menanggung kerugian saat tanaman mereka dirusak oleh ulat. Tetapi pada saat tertentu, ulat yang selalu mengusik lingkungannya itu, berani melakukan perbaikan diri dengan merubah wujudnya menjadi ”kepompong”. Saat berubah bentuk dari ulat menjadi kepompong, pandangan manusia sudah mulai berbeda. Kini manusia tidak lagi merasa takut dan juga tidak merasa jijik saat menatap kepompong. Bulu-bulu yang menebarkan aroma gatal, kini tertbungkus kulit kepompong. Kakinya yang selalu merayap kini terhenti, begitupula gigi-giginya yang selalu digunakan untuk merusak tanaman, ia sembunyikan. Kini ulat melakukan proses kontempalsi, perenungan diri atau muhasabah.
 Dan  akhirnya, setelah tiba waktunya, ulat yang berubah wujud menjadi kepompong itu terus melakukan  metomorfosa beralih wujud menjadi ”seekor kupu-kupu”. Ketika telah lahir sebagai kupu-kupu, pandangan manusia sudah berbalik 180 derajat. Rasa takut, jijik dan risih, kini lenyap karena mereka melihat makhluk baru yang serba indah. Sayap-sayapnya berlukiskan warna-warni, kakinyapun saat hinggap tidak pernah mematahkan ranting, begitu pula tempat bermainnyapun dari kuncup bunga ke bunga yang lain. Subhanallah, itulah ayat kauniyah yang sangat berarti, bagi siapa yang mau memikirkannya.

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Kita, manusia adalah makhluk termulia diantara makhluk ciptaan Allah yang lain. Sanggupkah kita belajar dari kehidupan ulat?. Jika diri kita ingin menjadi kupu-kupu yang bertaqwa, kita harus berani melakukan metamorfosa diri (merubah karakter diri). Begitu pula jika kita ingin bangsa dan negara ini tampil sebagai bangsa yang beradab, bermartabat, berakhlaqul karimah, adil berkemakmuran dan makmur berkeadilan, seharusnya semua elemen anak negeri harus berani melakukan perbaikan diri, baik para pemimpinnya, para menterinya, para penegak hukumnya tak terkecuali warga masyarakatnya. Kita tidak boleh malu belajar dari kehidupan ulat. Dan Shoum Ramadhan yang baru saja kita laksanakan, adalah cara terbaik untuk merubah diri kita ke arah yang lebih baik.

Jama’ah Idul Fitri rahimakumullah.

Marilah kita rayakan hari kemenangan ini dengan penuh sukacita namun tetap kita jaga nilai-nilai kesederhanaan. Kita jauhkan sikap pemborosan, perilaku sia-sia, dan segala tindakan yang akan menodai amal ibadah mulia yang baru saja kita tunaikan. Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa kesalahan kita dan mengembalikan diri  kita dalam kefitrahan, menetapkan kita dalam Islam, Iman dan Ihsan. Akhirnya marilah kita berdo’a kehadlirat Allah SWT, dengan khusu’ dan penuh tawadlu’, dengan  penuh harap semoga permohonan kita diijabah.

Ya, Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, ampuni kami yang merugi, yang dlolim atas waktu yang terbuang. Ampuni kami yang menghamba pada khilaf dan nafsu syahwat bahkan angkara maksiat. Ampuni kami atas gelap mata, lidah dan telinga, atas tangan, kaki dan fikiran yang terlampau sering tak seiring jalan dengan qalbu nurani, kaidah khususnya aqidah.

Ya Allah Yang Maha Bijak, kami bersimpuh hanya kepadaMu. Izinkan kami kembali ke hadiratMu bersama setetes amal diujung umur kami. Kami hanya sebiji zarah yang senantiasa terbenam lumpur dusta, nista sumpah serapah, insan angkuh, budi rapuh yang sering abai menunaikan titahMu.

Ya Allah, Yang Maha Baik lagi Maha Adil. Lapangkan kami menuju syurgaMu, lapangkan sisa umur kami kembali kejalanMu. Ridloi dan terangi mata hati kami untuk kembali bersujud kepadaMu. Ampuni dosa kami, terimal taubat kami dan ringankanlah ujian kami dalam melintasi cobaanMu.

Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengampun. Ampunilah segenap dosa orang-orang mukmin dan mukminat, muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat, karena sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan pengabul do’a.  Amin.


Sabtu, 21 Juli 2012

Kepribadian Muslim


MEMBANGUN KEPRIBADIAN MUSLIM

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Kita bersyukur ke hadlirat Allah SWT, bahwa pada abad 20 ini Islam mengalami perkembangan yang sangat pesat, khususnya di benua Eropa. Kesadaran  untuk memeluk Agama Islam, sekaligus  mengamalkan ajaranya, dari hari kehari kian semarak. Di Perancis, Belanda, Australia bahkan di Amerika sendiri sebagai Negara Adidaya saat ini menunjukkan geliat semangat berIslam. Termasuk di negara-negara Asia,  syi’ar Islam semakin bergairah. Hal ini sebagai bukti,   bahwa Islam adalah Agama yang mengajarkan kedamaian, kebersahajaan sekaligus sebagai jalan hidup dalam menggapai  keselamatan yang haqiqi dunia hatta akherat sebagai rahmat Ilahi.
Namun disisi lain, dibalik meningkatnya kesadaran  ummat manusia untuk menerima  Diinul- Islam, kita juga dihadapkan pada satu persoalan serius, bahwa saat ini  ummat Islam, baik  dalam skala global maupun nasional tengah  menghadapi tantangan yang sangat dasyat, yang ditengarai   digerakkan oleh kekuatan yahudi dengan gerakan ”Zionisme”  mereka, yang sangat halus dan licik, juga gerakan yang digelorakan   oleh ”kaum Munafik”. Sebenarnya ancaman saat ini tidak jauh berbeda dengan ancaman yang dihadapi oleh Rasulullah SAW dan para shabat nabi, disaat menyampaikan dakwah Islam pada saat itu. Yang membedakan hanya cara dan strategi yang mereka lakukan. Dalam hal ini Allah SWT mengingatkan kita dalam salah satu firmanNya,  dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat: 60  berikut ini :

 ”Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, Kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar”.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
            Ada empat tantangan ummat Islam, sebagai siasat Yahudi dan kaum Munafik saat ini yang harus kita waspadai untuk kemudian kita carikan solusi demi tetap menjaga martabat dan kepribadian kita sebagai seorang Muslim.

Ke-Empat tantangan dimaksud  antara lain, 
  1. Ar-Riddah atau pemurtadan Aqidah
  2. Ifsaadul Akhlaq atau perusakan Akhlak.  
  3. Izdaabatusy-Syahsyiyyah atau hilangnya kepribadian sebagai seorang muslim,  
  4. Tahthiimul Fikrah atau penghancuran akal fikiran ummat Islam
Disadari atau tidak, keempat persoalan di atas kini telah masuk dalam ranah kehidupan ummat Islam. Jika hal ini tidak segera kita perangi, maka cepat atau lambat ummat Islam akan kehilangan jati dirinya sebagai ”khoiru ummah” sebagai  ummat pilihan, berarti pula lenyap kepribadian kita sebagai seorang muslim.

Sekilas mari kita renungkan, tentang keempat tantangan dimaksud. Pertama tentang ”Ar-Riddah” atau pemurtadan Aqidah. Ada dua sisi  pemurtadan Aqidah yang terjadi saat ini yakni dalam arti keluar dari Agama Islam  (murtad), atau keluar dari Aqidah Islam yang benar (sesat). Ar-Riddah dalam artii yang pertama dapat kita buktikan dengan semaraknya pemurtadan dimana-mana, terutama melalui program krestenisasi. Kondisi  ekonomi yang mendera sebahagian ummat Islam, ternyata menjadi cara  paling efektif untuk memalingkan keyakinan saudara-saudara kita dari ber-Islam menjadi inkarul Islam. Termasuk sektor kesehatan, pendidikan, bahkan melalui jalur perkawinan, menjadi strategi paling menjanjikan untuk memalingkan ummat Islam dari Agamanya. Sementara dalam sisi yang kedua, kita juga disodori sebuah realita, munculnya oknum Umat Islam yang memiliki aqidah rapuh, dengan mengklaim dirinya sebagai nabi atau rusul atau imam mahdi. Alirah Ahmadiyah Qadian yang diimami oleh Mirza Ghulam Ahmad, Jama’ah Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang digagas oleh Ahmad Mushodek, Kerajaan Eden bikinan Lia Aminuddin dan lain sebagianya, menjadi bukti nyata bahwa itu semua adalah bentuk Ar-Riddah yang harus diperangi secara serius dan tegas.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumulah.
Persoalan kedua yang juga tidak kalah hebatnya adalah munculnya ”Ifsaadul Akhlaq” atau perusakan akhlaq dalam diri ummat Islam, baik yang menimpa kalangan orang tua maupun kaum  remaja Islam. Khususnya generasi muda Islam tanpa disadari telah kehilangan jati dirinya sebagai ummat Muhammad SAW. Teladan hidup mereka bukan lagi sosok Rasulullah SAW sebgai ”Uswatun Hasanah”, tetapi sudah bergeser pada yang lain. Banyak generasi muda Islam yang tidak mengenal siapa Rasulullah, tidak memahami  ajaran beliau, apalagi mengamalkan sunnah-sunnahnya . Mereka lebih percaya diri mentauladani para artis, bintang sinetron, para musisi, dengan mengekspresikan segala tingkah laku mereka. Dari cara berbusana, berpenampilan , berbicara sampai dengan cara-cara bergaul. Generasi muda, termasuk di dalamnya remaja Muslim, telah menjadkan mereka sebagai tuhan, yang harus diikuti ajaranya. Islam yang mengajarkan etika sekaligus eistetika kini telah dilindas oleh gaya hidup kaum selebritis. Aqiah, ibadah, akhlak telah  hanyut dalam himpitan budaya jahiliyah moderen. Tragis dan mengerikan, tapi inilah realita!
Begitu pula pelarutan kepribadian atau ”Idzaabatusy-Syahsyiyyah” dalam diri ummat Islam, turut melengkapi pudarnya jati diri Muslim saat ini. Bukankah Allah SWT dengan tegas telah memilih kita, ummat Islam, sebagai ”Khoiru Ummah” atau sebaik-baik ummat?. Namun titel yang dianugerahkan Allah SWT pada diri ummat Islam ini tidak dipahami, alih-alih disyukuri dengan menjaganya. Justeru banyak ummat Islam yang tidak percaya diri, minder, malu dan merasa hina dengan Islam ini. Kalau kita melihat ummat lain, begitu percaya diri membawa kitab suci mereka dengan terang-terangan saat berangkat ketempat peribadatan, lain halnya dalam diri ummat Islam. Banyak yang merasa risih kalau harus membawa Kitab Suci Al-Qur’an saat pergi ke pengajian-pengajian, malu membawa mukena ketika berangkat ke kantor, ketempat-tempat seminar, ke kampus,  dengan dalih merepotkan, takut dibilang sok alim, takut dikatakan Islam ekstrim dan  banyak lagi alasan. Padahal yang terjadi  sebenarnya adalah telah memudarnya  rasa kepribadian atau kepercayaan diri sebagai seorang Muslim.
Allah SWT memuliakan kita, tapi kita justru menghinakan diri kita sendiri. Bahkan tidak sedikit, orang yang mengaku Muslim, namun dirinya tidak merasa berdosa ketika meninggalkan shalat, tidak berpuasa, tidak berzakat apalagi naik haji, padahal dirinya berkemampuan. Para kaum Muslimah, sebenarnya telah memahami dasar hukumnya, bahwa menutup ’aurat bagi wanita yang telah balihg itu hukumnya wajib, sebagaimana wajibnya perintah shalat. Tetapi kenyatannya, ada yang shalatnya mau, tetapi menutup ’auratnya nanti dulu, kalaupun ada yang telah mengenakan busana muslimah, kadang-kadang tidak sesuai dengan tuntunan syari’at. Asal nutup, asal kain, tidak diperhatikan bahan kainnya, transparankah atau tidak?

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Kondisi gelap ummat Islam saat ini juga diperparah dengan gerakan ”Tahthiimul Fikrah” atau proses perusakan akal fikiran. Kita harus sadari,  ada kekuatan secara tersistematik, bahwa  saat ini ummat manusia pada umumnya dan ummat Islam pada khususnya sedang dirusak akal fikiranya. Dengan apa mereka dirusak akal fikiran nya? Salah satu alat perusak akal fikiran manusia  adalah dengan miras dan narkoba. Berapa juta anak manusia yang  mati sia-sia, karena miras dan narkoba. Berapa besar anggaran negara yang habis hanya untuk menangani persoalan narkoba? Berapa orang tua yang stres, karena anak mereka telah kecanduan narkoba? Na’udzubillah min dzalik!
Jika persoalan Narkoba ini tidak ditangani secara serius, bukan mustahil duapuluh tahun kedepan, ummat manusia akan mengalami kehancuran secara total, baik dari sisi peradaban, martabat maupun kultur kemanusiaannyal. Mengapa tidak? Bagaimana jadinya jika manusia telah hancur jasmaninya, rusak akalnya, lemah pemikirannya, hilang semangat kerjanya? Bukankah martabat umat dan bangsa akan terjaga, selagi manusia-manusianya  memiliki jasmani yang kuat,  akal yang  sehat, pikiran yang cerdas serta  etos kerja yang semangat?. Wajar jika Rasulullah SAW melalui lisan beliau yang mulia pernah mengingatkan :

  ”Setiap zat, bahan atau minuman yang dapat memabukkan dan melemahkan adalah khamar, dan setiap kahamar adalah haram”. (HR. Abdullah bin Umar r.a).

Kaum Muslimin rahimakumullah.
Berpijak dari kenyataan di atas, lantas apa yang seharusnya kita lakukan dalam rangka menjaga ”Kepribadian” sebagai seorang Muslim?. Setiap  muslim harus memahami sekaligus memiliki ”Kepribadain” yang utuh dan paripurna. Kepribadian Muslim artinya aktiviatas kejiwaaan seorang muslim terhadap lingkungan hidupnya dalam dimensi agama, dengan menggunakan empat psyce (jiwa), yakni: pikiran, perasaan, instuisi semangat dan tanggapan indera. Untuk terbinanya Kepribadian Muslim, kita harus benar-benar mendalami ajaran Islam dengan menyatukan kerjasama dari keempat jiwa tersebut, secara  berimbang dan saling isi mengisi dalam menghadapai segala tantangan. Dengan demikian kita  akan memiliki kepribadian yang kokoh dalam hidup ini , bahkan kita bawa sampai mati.
Allah SWT dalam firman-Nya yang Agung berfirman, sebagaimana tersebut dalam QS. Al-Anfal ayat  24-25 :

”Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.
”Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”.

Seorang ulama besar, Sayyid Qutb dalam mengomentari ayat di atas pernah mengemukakan, bahwa untuk memiliki Kepribadian Muslim yang Istiqomah, ada empat syarat yang harus kita tegakkan dalam diri kita, yaitu:  
  1. Istislam Lillah, yaitu menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah Ta’ala,  
  2. Tha’atun lahu wa Qiyadah yakni ta’at dan tunduk kepada Allah Ta’ala semata
  3. Ittiba’an limanhajihi, yaitu mengikuti jalan hidup yang telah digariskan oleh Allah SWT dan yang 
  4. Ihtikam likitabihi yakni berhukum dengan Hukum Allah, Al-Qur’anul Karim.
 Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Demikianlah tadzkirah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudaan dapat kita jadikan renungan sebagai upaya membangun kembali ”Kepribadian Muslim” yang kokoh, sebagaimana Nabi kita dan para sahabat dahulu membangun kepribadian mereka, sehingga beliau dan para sahabat, disegani oleh kawan maupun lawan.

Subhanakallahumma wa bihamdika, Asyhadu ’ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilahi.  Nasrun minallah wa fathun qarib.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Kejujuran


KEJUJURAN LAMBANG KEBESARAN ISLAM

ﺃﻠﺤﻤﺪﷲﻨﺤﻤﺪﻩﻭﻨﺴﺗﻌﻴﻨﻪﻭﻨﺴﺗﻐﻔﺮﻩﻭﻨﻌﻭﺬﺒﺎﷲﻤﻦﺷﺮﻮﺮﺃﻨﻔﺴﻨﺎﻭﻤﻦﺴﻴﺄﺖﺃﻋﻤﺎﻠﻨﺎ
ﻤﻦﻴﻬﺪﺍﷲﻔﻼﻤﻀﻞﻟﻪﻭﻤﻦﻴﻀﻠﻞﻔﻼﻫﺎﺪﻱﻠﻪﻭﻤﻦﻠﻢﻴﺠﻌﻞﺍﷲﻠﻪﻨﻭﺮﺍﻔﻣﺎﻠﻪﻣﻦﻧﻭﺮ
ﺃﺸﻬﺪﺃﻦﻻﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲﻭﺤﺪﻩﻻﺷﺮﻴﻚﻠﻪﻮﺃﺷﻬﺪﺃﻦﻤﺤﻤﺪﺍﻋﺑﺪﻩﻮﺭﺴﻮﻠﻪﺃﻠﻟﻬﻢﺻﻞﻮﺴﻠﻡ
ﻮﺑﺎﺭﻚﻋﻟﻰﻤﺤﻤﺪﻮﻋﻟﻰﺃﻠﻪﻭﺼﺤﺒﻪﻮﻤﻦﺘﺑﻌﻬﻢﺒﺈﺤﺴﺎﻦﺇﻠﻰﻴﻭﻢﺍﻠﺪﻴﻦﺃﻤﺎﺑﻌﺪ
ﻔﻴﺎﻋﺑﺎﺪﺍﷲﺃﻭﺼﻴﻜﻢﻭﻨﻔﺴﻰﺑﺘﻘﻭﻯﺍﷲﻔﻘﺪﻔﺎﺰﺍﻟﻤﺘﻘﻭﻦﻮﻘﺎﻞﺍﷲﺘﻌﺎﻟﻰﻔﻲﻜﺘﺑﻪﺍﻟﻟﻜﺮﻴﻢ
                                                  
Kaum Muslimin, jama’ah rahiakumullah,
Marilah terlebih dahulu kita memanjatkan puji dan syukur ke hadlirat Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan rahmat dan kasih-Nya kepada kita sehingga pada saat ini kita dapat menunaikan perintahNya, yaitu melaksanakan kewajiban shalat jum’at. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah dan tercurah kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan semua orang yang senantiasa mengikuti jejak risalah beliau . Amin.
Marilah kita senantiasa memelihara dan meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh dan dalam arti yang sebenar-benarnya. Kita hendaknya selalu sadar dan yakin bahwa hanya melalui taqwa kita akan mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia sekarang ini maupun di kehidupan abadi kelak kemudian nanti. Sebagai upaya meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT, marilah dalam kesempatan ini kita bersama-sama sejenak memusatkan perhatian kita pada masalah pentingnya menegakkan  ”kejujuran” sebagai lambang kebesaran Islam.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah,

Salah satu dari sekian banyak akhlak Rasulullah SAW yang mulia adalah dimilikinya sikap “jujur” baik dalam ucapan maupun dalam tindakan beliau. Karena sikap jujur inilah, penduduk Makkah, baik mereka yang beriman maupun yang masih kafir memberi julukan beliau dengan sebuatan “al-Amin” yakni orang yang terpercaya. Begitu obyektifnya penduduk Makkah yang terkenal keras itu dalam menilai orang lain, meskipun Muhammad bin Abdullah dianggap sebagai orang yang merusak budaya dan ajaran kakek moyang mereka, tetapi kebencian itu tidak menghalangi mereka untuk memberi penilaian atas diri Muhammad sebagai orang yang jujur. Rasulullah SAW dari semenjak umur anak-anak, remaja hingga masa tuanya dikenal sebagai orang yang jujur. Berkat kejujuran beliau ajaran Islam berkembang menyebar di semenanjung Arabia hingga meluas keseluruh dunia. Muhammad SAW tidak dapat dipisahkan dengan Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin. Dinul Islam berkembang dari zaman ke zaman sangat ditopang oleh sikap jujur yang dimiliki oleh para penegak risalah ini.

  Kaum Muslimin rahimakumullah,
”Kejujuran” sesungguhnya akan membawa ketentraman dan kedamaian bagi pemilik watak mulia ini. Orang yang jujur akan memiliki kemerdekaan dalam memandang hidup ini, terjauh dari perasaan tertekan, terjauh dari sikap kepura-puraan, bahkan akan terhijab dari sikap dusta. Allah SWT mengancam orang-orang yang suka berdusta melalui ayatNya :

”Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta.”  (QS. An-Nahl : 105)


Rasulullah SAW melarang ummatnya dari sikap berbohong. Kebohongan akan menyeret seseorang pada sifat munafik. Sebuah hadits yang diriwayatkan Muttafaqa ’Alaih menjelaskan : Bersabda Rasulullah SAW 
”Ada empat hal, yang jika berada pada diri seseorang maka ia menjadi seorang munafiq sesungguhnya, dan jika seseorang memiliki kebiasaan salah satu daripadanya, maka berarti ia memiliki satu kebiasaan (ciri) nifaq sampai ia meninggalkannya; bila dipercaya ia berkhianat, bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia memungkiri dan bila bertikai ia berbuat curang”.

Ayat 105 surat An-Nahl  serta hadits shahih di atas menjelaskan bahwa Allah mengharamkan kebohongan bagi hamba-hambaNya yang beriman. Dan sebagai lawannya, Allah perintahkan manusia berlaku jujur. Memang ada sebuah riwayat dimana Rasulullah SAW mengizinkan kita untuk berbohong, tetapi merupakan sebuah pengecualian (istisna), sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut ini :
ﻜﻞﺍﻟﻜﺬﺐﻴﻛﺘﺐﻋﻟﻰﺍﺑﻦﺁﺪﻢﺇﻻﻔﻰﺛﻼﺚﺃﻟﺮﺠﻞﻴﻜﺬﺐﻔﻰﺍﻟﺣﺭﺐﻔﺈﻦﺍﻟﺣﺭﺐﺨﺪﻋﺔﻭﺍﻟﺭﺟﻞﻴﻜﺬﺐﻠﻟﻤﺭﺃﺓﻔﻳﺭﻀﻴﻬﺎﻮﺍﻟﺭﺠﻞﻳﻜﺬﺐﺑﻴﻦﺍﻟﺭﺠﻞﻠﻳﺻﻟﺡﺑﻴﻨﻬﻤﺎ

”Setiap dusta (bohong) dicatat atas semua anak Adam (manusia) kecuali tiga : Orang berdusta dalam peperangan, karena peperangan itu tipu daya; orang yang berbohong kepada dua orang (yang bermusuhan) untuk mendamaikannya; dan orang berdusta terhadap istrinya untuk menyenangkannya”. (HR. Thabrani).
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Masyarakat atau bangsa yang telah mampu menegakkan ”kejujuran” akan dilimpahi keberkahan dalam segala aspek kehidupan. Kejujuran juga akan menghasung masyarakat untuk terus ber-fastabiqul khairat. Kejujuran merupakan pintu gerbang lahirnya keadilan. Setiap perilaku jujur akan menghantarkan pelakunya pada nasib mujur, sebaliknya sikap dusta akan menghantarkan pelakukanya pada nasib derita. Lihatlah fenomena di sekitar kita, karena sikap jujur telah lenyap, ada   pejabat  menipu rakyat, ada  pedagang berlaku curang, ada  pegawai bertindak lalai, ada politisi berani korupsi, ada aparat memeras rakyat. Akibat lenyapnya kekujuran, kita  merasakan, hidup kian jauh dari rasa saling percaya sebaliknya yang berkembang sikap saling curiga. Hidup jauh dari sikap saling simpati dan empati, sebaliknya sikap antipati selalu menggerogoti diri. Alih-alih dapat merasakan penderitaan orang lain, justru yang ada bagaimana saling menerkam. Islam sebagai ajaran paripurna sangat menekankan bagi pemeluknya untuk terus membangun kejujuran. Dalam sebuah hadits disebutkan, Rasulullah SAW bersabda : Terdapat empat sifat, barangsiapa memilikinya maka di dunia ia akan dinaungi kebahagiaan dan di akherat kelak ia akan diberi kesempatan duduk dekat dengan Rasulullah serta akan mendapatkan syafa’at paling cepat. Keempat sifat tersebut adalah :
  1.  orang yang lurus dan jujur dalam ucapan dan tindakannya
  2.  orang yang memegang teguh amanah yang dipikulkan dipundaknya
  3.  orang yang baik akhlak budi pekertinya dan
  4.  para penguasa /pemimpin yang memperhatikan rakyatnya.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah,
Menyadari betapa penting dan tingginya nilai Kejujuran, sudah sewajarnya jika kita berusaha dengan sungguh-sungguh untuk selalu memupuk, memelihara sekaligus mengokohkan nilai-nilai kejujuran tersebut pada diri kita masing-masing, dalam kehidupan  masyarakat juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga kejujuran bukan hanya menjadi semboyan namun dapat dikebumikan dalam kehidupan nyata. Semoga Allah SWT senantiasa membuka nurani kita untuk dapat tampil sebagai insan-insan yang jujur, baik jujur pada diri sendiri, pada orang lain terlebih lagi pada Sang Khaliq Allah Ta’ala.

ﺑﺎﺭﻚﺍﷲﻠﻲﻮﻟﻜﻡﻔﻰﺍﻟﻗﺭﺁﻦﺍﻠﻜﺭﻴﻡﻭﺍﻠﺬﻜﺭﺍﻠﺤﻛﻴﻡﻮﻨﻔﻌﻨﻲﻭﺇﻴﺎﻜﻡﺒﻤﺎﻔﻴﻪ
ﻤﻦﺍﻷﻴﺎﺖﻮﺍﻷﺤﺎﺪﻴﺙﺴﻴﺪﺍﻠﻤﺮﺴﻠﻴﻦﺃﻠﻠﻬﻡﺍﻏﻔﺮﻮﺍﺮﺤﻡﻠﻟﻤﺴﻠﻤﻳﻦﻭﺍﻟﻤﺴﻟﻤﺎﺖ
ﻭﺍﻠﻤﯝﻤﻨﻳﻦﻮﺍﻟﻤﯝﻤﻧﺎﺖﺃﻷﺤﻴﺎﺀﻮﺍﻷﻤﻮﺍﺖﺒﺮﺤﻤﺘﻚﻴﺎﺃﺮﺤﻤﺍﻠﺮﺍﺤﻤﻴﻦ
ﻮﺍﻠﺤﻤﺪﷲﺭﺐﺍﻠﻌﺎﻠﻤﻴﻦ

Bahaya Syirik


SYIRIK PENYEBAB KERUSAKAN 

ﺃﻠﺤﻤﺪﷲﻨﺤﻤﺪﻩﻭﻨﺴﺗﻌﻴﻨﻪﻭﻨﺴﺗﻐﻔﺮﻩﻭﻨﻌﻭﺬﺒﺎﷲﻤﻦﺷﺮﻮﺮﺃﻨﻔﺴﻨﺎﻭﻤﻦﺴﻴﺄﺖﺃﻋﻤﺎﻠﻨﺎ
ﻤﻦﻴﻬﺪﺍﷲﻔﻼﻤﻀﻞﻟﻪﻭﻤﻦﻴﻀﻠﻞﻔﻼﻫﺎﺪﻱﻠﻪﻭﻤﻦﻠﻢﻴﺠﻌﻞﺍﷲﻠﻪﻨﻭﺮﺍﻔﻣﺎﻠﻪﻣﻦﻧﻭﺮ
ﺃﺸﻬﺪﺃﻦﻻﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲﻭﺤﺪﻩﻻﺷﺮﻴﻚﻠﻪﻮﺃﺷﻬﺪﺃﻦﻤﺤﻤﺪﺍﻋﺑﺪﻩﻮﺭﺴﻮﻠﻪﺃﻠﻟﻬﻢﺻﻞﻮﺴﻠﻡ
ﻮﺑﺎﺭﻚﻋﻟﻰﻤﺤﻤﺪﻮﻋﻟﻰﺃﻠﻪﻭﺼﺤﺒﻪﻮﻤﻦﺘﺑﻌﻬﻢﺒﺈﺤﺴﺎﻦﺇﻠﻰﻴﻭﻢﺍﻠﺪﻴﻦﺃﻤﺎﺑﻌﺪ
ﻔﻴﺎﻋﺑﺎﺪﺍﷲﺃﻭﺼﻴﻜﻢﻭﻨﻔﺴﻰﺑﺘﻘﻭﻯﺍﷲﻔﻘﺪﻔﺎﺰﺍﻟﻤﺘﻘﻭﻦﻮﻘﺎﻞﺍﷲﺘﻌﺎﻟﻰﻔﻲﻜﺘﺑﻪﺍﻟﻟﻜﺮﻴﻢ


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Segala puji hanya milik Allah,  Dzat Yang Maha Kuasa, kepada-Nyalah semua menyerah dan bergantung. Dia-lah Rabb yang tiada sekutu bagiNya, tempat bersandar dan meminta, tempat mengabdi dan berbakti, Yang Maha Satu tanpa ada sekutu yang sekufu. Seluruh alam ada dalam genggam kekuasaanNya, pemegang Qudrat dan Iradat atas semua makhlukNya. Dia-lah pemilik rahmat, nikmat, hidayah dan ma’unah. Kepada orang yang mentauhidkanNya, Ia selamatkan tetapi kepada yang mensekutukanNya, Ia musnahkan. Shalawat dan salam kita mohonkan kepadaNya agar tercurah atas diri Rasulullah SAW sumber suri tauladan bagi orang-orang yang beriman, juga kepada keluarga, para sahabat dan ummat Islam yang setia menegakkan sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman. Amin.

Jama’ah rahimakumullah,
Dalam kesempatan yang mulia ini, khotib berwasiat, marilah kita tingkatkan iman dan taqwa dengan memurnikan tuhid, kita bersihkan dari  segala yang mengotorinya baik berupa tahayul, khurafat dan syirik. Hanya dengan tauhid yang mukhlis Allah jamin diterima segala amal sholeh kita, namun siapa yang yang mensekutukanNya, akan terhapuslah segala amal kebajikan yang telah ia tanam dan neraka jahannam tempat kembali kekal abadi. Na’udzubilahi min dzalik.

Jama’ah Rahimakumullah,

Kita semua telah meyakini dengan sepenuh hati bahwa kunci diterimanya amal sholeh kita sangat ditentukan dengan bersihnya ”Tauhid”. Semua Nabi dan rasul, sengaja Allah SWT utus salah satu tugas utamanya adalah mengajak manusia agar menyembah Allah dengan memurnikan tauhid, tidak meyekutukan Allah dengan segala bentuk apapun. ”Tauhid’, menjadi penentu sah atau batalnya amal, diterima atau ditolaknya ibadah. Manusia yang benar dalam bertauhid, Allah SWT jamin kehidupannya dari segala kehinaan dunia juga kehinaan kelak di kampung akherat. Dalam salah satu hadit Qudsi, Allah berfirman :
ﻻﺇﻟﻪﺇﻻﱠﺍﷲﺤﺼﻨﻰﻭﻤﻦﺪﺧﻞﺤﺼﻨﻰﺃﻤﻦﻋﺬﺍﺑﻰ

Artinya : “(Kalimat) Laa Ilaha Illallah, adalah benteng pertahananKu. Dan barangsiapa yang memasuki bentengKu ia aman dari siksaanKu”. (HQR. Abu Na’im, Ibnu Najjar dan Ibnu Askir yang bersumber dari Ali bin Abi Tholib).

Allah SWT memberitahukan pada kita melalui lisan yang mulia Rasulullah SAW bahwa, jika seseorang mengucapkan kalimat  ﻻﺇﻟﻪﺇﻻﱠﺍﷲ dengan hati yang penuh ikhlas, penuh iman dan beri’tikad penuh keyakinan akan arti, maksud dan tujuannya serta dilandasi cara yang khudlu’, niscaya dia telah masuk ke dalam benteng pertahanan milik Allah SWT dan berbenteng dengannya dari segala macam kesulitan. Sehingga ia merasa aman dari siksa dan hukuman Allah.

Jama’ah Rahimakumullah,
Karena itu seorang Muslim yang mukmin hendaknya membiasakan diri mendzikirkan kalimat  ﻻﺇﻟﻪﺇﻻﱠﺍﷲ dengan penuh kesadaran, pengertian, ditadabbur secara mendalam sehingga akan terpatri dalam jiwanya akan keagungan, kesempurnaan Allah baik dalam Zat, Asma dan sifatNya. Kalimat Tauhid mengandung arti bahwa siapapun tidak boleh menyembah, mengharap, apalagi bersandar dan menyerahkan diri  kepada selain Allah SWT.

Meskipun saat ini manusia hidup dalam alam moderen, namun fenomena di tengah-tengah masyarakat  masih menunjukkan betapa rapuhnya fondasi aqidah Tauhid ummat Islam dan justeru semakin populernya perbuatan-perbuatan syirik. Kita sering menjumpai orang-orang yang tampak baik keislamnya, tampak bagus  keimanannya, namun sebenarnya rusak aqidanya. Misalnya masih ada  saudara-saudara kita yang memuja-muja pohon yang dianggap keramat, mengadakan ruwatan laut, meyakini kesaktian keris dan benda-benda pusaka lainnya, pergi dan meminta jampi-jampi para dukun, meyakini ramalan-ramalan  melalui primbon; memakai azimat berupa  benda-benda tertentu yang diyakini dapat menjadi wasilah bagi kesembuhan, pengasihan, langgengnya jabatan, menziarahi quburan-quburan para wali dengan maksud meminta berkah dan lain sebagainya. Itu semua adalah bentuk nyata kesyirikan yang mengakar dari generasi ke generasi yang harus dijauhi oleh ummat Islam.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Berbagai ayat dan hadits Nabi, menjelaskan tentang buruknya perilaku syirik, antara lain :
    1. Syirik merupakan dosa paling besar disisi Allah SWT.
”Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

    1. Syirik dapat menghapus segala amal sholeh, baik shalat, puasa haji dan semua amal-amal sholeh lainnya.
”Dan Sesungguhnya Telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”.  (Qs. Az-Zumar : 65)

3. Syirik menyebabkan pelakunya tidak akan terampuni dosa-dosanya untuk selama-lamanya.

’Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An-Nisa : 48)

”Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah tersesat sejauh-jauhnya”. (Qs. An-Nisa : 116)

4.Syirik menyebabkan seseorang diharamkan masuk syurga.


”Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”. (QS. Al-Maidah ayat 72).

Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tetang buruknya perilaku syirik. Sehingga Rasulullahpun pernah bersabda : ”Aku diperintahkan (Allah) untuk memerangi manusia sampai mereka menyatakan : Tiada sesembahan yag hak melainkan Allah. Jika mereka telah menyatakannya, niscaya darah dan darah mereka aku lindungi kecuali karena haknya”. (HR. Bukhari – Muslim).

Jama’ah Rahimakumullah,
Dari ayat-ayat dan hadist Nabi SAW di atas, kita dapat simpulkan bahwa syirik berarti menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah disamping berdoa kepada Allah; atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (berkurban), bernadzar berdoa dan sebagainya kepada selain Allah. Karena itu barangsiapa menyembah selain Allah berarti ia telah meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikan kepada yang tidak berhak, dan itu adalah kedlaliman yang paling besar.
Oleh karena itu marilah kita selalu berlindung kepada Allah agar diri kita dijauhkan dari segala perbuatan syirik, baik syirik kecil maupun syirik besar, syirik  khaffi  maupun yang  jalli. Karena sesungguhnya, pertolongan Allah Ta’ala hanya akan turun bagi ummat atau suatu negeri yang penduduknya beriman dan bertaqwa serta tidak mensekutukan Allah SWT, sebagaimana dalam firmanNya :


”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.  (QS. Al-A’raf : 96)

ﺎﺭﻚﺍﷲﻠﻲﻮﻟﻜﻡﻔﻰﺍﻟﻗﺭﺁﻦﺍﻠﻜﺭﻴﻡﻭﺍﻠﺬﻜﺭﺍﻠﺤﻛﻴﻡﻮﻨﻔﻌﻨﻲﻭﺇﻴﺎﻜﻡﺒﻤﺎﻔﻴﻪ
ﻤﻦﺍﻷﻴﺎﺖﻮﺍﻷﺤﺎﺪﻴﺙﺴﻴﺪﺍﻠﻤﺮﺴﻠﻴﻦﺃﻠﻠﻬﻡﺍﻏﻔﺮﻮﺍﺮﺤﻡﻠﻟﻤﺴﻠﻤﻳﻦﻭﺍﻟﻤﺴﻟﻤﺎﺖ
ﻭﺍﻠﻤﯝﻤﻨﻳﻦﻮﺍﻟﻤﯝﻤﻧﺎﺖﺃﻷﺤﻴﺎﺀﻮﺍﻷﻤﻮﺍﺖﺒﺮﺤﻤﺘﻚﻴﺎﺃﺮﺤﻤﺍﻠﺮﺍﺤﻤﻴﻦ
ﻮﺍﻠﺤﻤﺪﷲﺭﺐﺍﻠﻌﺎﻠﻤﻴﻦ























       

Warisan dan Hukum-hukumnya


WARISAN DAN HUKUM-HUKUMNYA
Oleh : Drs.H. Sutino Sasmito

 1. Hukum Warisan :
Saling mewarisi diantara kaum Muslimin hukumnya wajib berdasarkan Al Qur’an dan As-Sunnah. diantara dalailnya  adalah : Qs. An-Nisa : 7 dan ayat 11: 
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”.

“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan……”*)

 *) bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah Karena kewajiban laki-laki lebih berat dari perempuan, seperti kewajiban membayar maskawin dan memberi nafkah. (lihat surat An Nisaa ayat 34).
Sabda Rasulullah SAW :
“Berikan warisan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dan sisanya untuk orang laki-laki yang paling berhak”. (HR. Muttafaqa Alaihi).

“Sesungguhnya Allah telah memberi hak kepada orang yang memiliki hak dan tidak ada wasiat untuk ahli waris” (HR. Abu Daud)

2. Sebab-sebab warisan

Seseorang tidak mendapatkan warisan dari orang lain kecuali karena salah satu sebab di bawah ini :

1). Nasab : yaitu Kekerabatan. Artinya ahli waris ialah ayah dari pihak yang diwarisi, atau anak2nya, dan jalur sampingnya spt sdr2 beserta anak2 mrk, dan paman2 dari jalur ayah beserta anak2 mereka. Hal ini berdasarkan Qs. An-Nisa’ ayat : 33

“Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat, kami jadikan pewaris-pewarisnya*). dan (jika ada) orang-orang yang kamu Telah bersumpah setia dengan mereka, Maka berilah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu”

*) lihat orang-orang yang termasuk ahli waris dalam surat An Nisaa' ayat 11 dan 12.

2). Pernikahan, yaitu akad yg benar terhdp istri, kendati suaminya belum menggauli dan blm berduaan dgnya, berdasarkan QS. An-Nisa : 12 sbb:
“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu,….. “.

3). Wala’ yaitu seseorang memerdekakan budak laki2 atau perempuan, dan dengan ia memerdekakannya, maka kekerabatan budak tersebut menjadi miliknya.

3.Penghalang-penghalang warisan

Diantara penghalang warisan adalah :
1). Kekafiran : Jadi kerabat org muslim tdk dpt mewarisi org kafir dan org kafir tdk dpt mewarisi kerabatnya yg muslim. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW :

“Orang kafir tidak bisa mewarisi orang Muslim dan orang Muslim tidak bisa mewarisi orang kafir”. (HR. Muttafaqa Alaih).

2). Pembunuhan :  yaitu Pembunuh tdk bisa mewarisi org yg dibunuh sbg hkm-an ats pembunuhannya tsb dan itu jika pembunuhan tsb dilakukan dengan sengaja, karena Rasulullah SAW bersabda :

“Pembunuh tidak berhak atas sesuatu apapun dari harta peninggalan orang yang dibunuhnya”. (HR. Ibnu Abdulbaar)

3) Perbudakan :Jadi budak tdk mewarisi dan tdk bisa diwarisi, baik itu budak sempurna maupun orang yang diperbudak sebahagian spt budak mukatib (budak yg dlm proses kemerdekaan dirinya dg membayar sejumlah uang kpd pemiliknya)

4). Zina, jadi hasil zina tdk bisa mewarisi ayahnya dan tidak bisa diwarisi ayahnya. Ia hanya bisa mewarisi ibunya dan diwarisi ibunya, Rasulullah bersabda:

“Anak itu milik ranjang(maksudnya pemilik ranjang , yaitu suami) dan pezina berhak atas kerugiannya”.          (HR. Muttafaqa Alaihi).

5). Li’an, Jadi anak suami-istri yang mengadakan li’an itu tdk bisa mewarisi ayah yang tidak mengakuinya  sebagai anak dan ayahnya yang tdk mengakuinya sbg anak juga tdk bisa mewarisinya. (ini diqiyaskan dg anak hasil zina).

6). Tidak menangis waktu lahir.
          Jadi anak yg dilahirkan ibunya dlm keadaan meninggal dunia dan tdk menangis ketika lahir itu tidak bisa mewarisi dan tidak bisa diwarisi, krn tdk ada kehidupan yang disusul dengan kehidupan, kmd warisan terjadi karenanya.

4. Syarat-syarat Warisan
Keabsahan Warisan disyaratkan hal-hal berikut ini :
1) Tidk adanya salah satu penghalang dari penghalang-penghalang  warisan di atas.

2). Kematian orang yang diwarisi kendati berdasarkan vonis, misalnya Hakim memutuskan bahwa orang yang hilang itu telah meninggal dunia.

3).Ahli waris hidup saat orang yang diwarisinya meninggal dunia.
          Jadi jika seorang wanita mengandung bayi, kmd salah seorang dari anaknya meninggal dunia,maka janin tsb berhak men-dpt-kan warisan dari sdr.nya yang meninggal dunia tsb, krn janin tsb hidup pada saat kematian sdr.nya. Jika ibunya mengandungnya stlh kematian sdr.nya, maka ia tdk mempunyai hak untuk mewarisi sdr.nya yang meninggal dunia tsb, krn ia belum hidup ketika sdr.nya meninggal dunia.

Ahli waris dari Laki-laki dan Ahli Waris
dari kalangan Perempuan

1. Para Ahli Waris dari kalangan laki-laki adalah Tiga pihak, yaitu :
1). Suami. Suami berhak mewarisi istrinya jika istrinya meninggal dunia, kendati istrinya ia talak dan masa iddahnya blum habis. Jika masa iddahnya tlh habis, ia tdk berhak mewarisinya.
2). Orang laki-laki yang memerdekakan budak atau kerabatnya yang laki-laki jika orang laki-laki tersebut tidak ada.
3). Sanak Kerabat.
          Mereka adalah:
            a. akar keturunan,
            b. cabang keturunan dan
            c. sisi-sisi keturunan.
Akar Keturunan meliputi : ayah dan kakek beserta semua orang ke jalur atasnya.
Cabang Keturunan  : ialah anak dan cucu beserta semua orang ke jalur bawahnya.
Sisi Keturunan :  adalah sanak kerabat dan mrk adalah : para sdr kandung seayah beserta anak2nya di jalur bawahnya; para saudara. Seibu; kerabat jauh yaitu para paman dari jalur ayah beserta anak2nya; paman2 dari jalur ayah kandung atau seayah saja.

Jika semua orang laki-laki di atas ada semua pada salah satu harta warisan , maka pihak yang bisa mewarisi hanya tiga pihak, yakni suami, anak dan ayah saja.

2. Para Ahli waris dari kalangan Perempuan

Ahli waris dari kalangan wanita adalah 3 (tiga) pihak, yaitu:
1.  Istri
2. Perempuan yang memerdekakan budak
3. Kerabat dari kalangan perempuan, yaitu :
   
a.  Akar keturunan yang tdk lain adalah ibu, nenek dari ibu dan nenek dari ayah  
b. Cabang keturunan, yaitu anak perempuan dan cucu perempuan   dari anak laki-laki beserta jalur di bawahnya
c. Sisi-sisi keturunan yaitu  kerabat dari perempuan, yaitu saudara perempuan sekandung, seayah seibu.

Besarnya Warisan:

Besarnya Warisan yang telah ditentukan Allah Ta’ala pada Surat An-Nisa adalah enam dan penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Setengah. Setengah warisan ini diwarisi oleh lima orang yaitu :
a. Suami, jika istrinya yg meninggal dunia tdk mempunyai anak laki-laki atau tidak mempunyai cucu dari anak laki-laki; cucu lakii-laki atau cucu perempuan.

b. Anak perempuan jika tidak ada sdr laki-laki, atau tidak ada satu sdr perempuan atau lebih. Ia tidak mendapatkan warisan setengah kecuali jika ia sendirian.

c. Cucu perempuan dari anak-laki-laki jika sendirian, maksudnya tdk ada cucu laki-laki dari anak laki-laki.

d. Saudara perempuan kandung jika sendirian, maksudnya jika tdk ada sdr laki-laki  atau tdk ada ayah  atau tdk ada anak atau tdk ada anak dari anak laki-laki
.
e.Saudara perempuan seayah jika sendirian, maksudnya tdk ada sdr laki-laki, tdk ada ayah, dan tdk ada cucu laki-laki dari anak laki-laki.
2. Seperempat (1/4) ;
Seperempat dari harta warisan hanya bisa diwarisi dua orang saja, yaitu:
a. Suami, jika istrinya yang mennggal dunia mempunyai anak laki-laki, atau cucu dari anak laki-laki, cucu tsb laki-laki atau perempuan.

b. Istri, jika suaminya yg meninggal dunia tdk mempunyai anak laki2 dan tdk mempunyai cucudari anak laki2; cucu tsb laki2 atau perempuan.

3. Seperdelapan.
1/8 dari harta warisan bisa diwarisi satu org saja, yaitu istri. Jika jumlah istri lebih dari satu, maka 1/8 tsb dibagi rata diantara mereka. Istri mendapatkan bagian 1/8 jika suaminya yang meninggal dunia mempunyai anak laki2, atau mempunyai cucu dari anak laki2; cucu tsb laki2 atau perempuan.

4. Dua pertiga.
  2/3 dari warisan dapat diwarisi 4 pihak, yaitu :
a. 2 anak perempuan atau lebih jika tdk ada anak laki2, maksudnya merek tidak mempunyai saudara laki2.

b. 2 cucu prmpuan dari anak laki2 atau lebih jika tidak ada anak kandung, laki2 atau perempuan dan jika tdk ada cucu laki2 dari anak laki2 yg tdk lain adalah sdr laki2 mrk.

c. Dua sdr prmpuan kandung atau lebih jika tdk ada sdr prempuan seayah, atau tdk ada anak laki-laki sekandung; laki-laki atau perempuan, dan tidak ada saudara laki2 sekandung.

d. Dua sdr perempuan seayah atau lebih jika tdk ada dua sdr kandung dan tdk ada sdr laki-laki seayah.

5. Sepertiga.
(1/3). Bagian 1/3 dari harta warisan bisa diwarisi 3 pihak, yaitu :

a. Ibu, jika pihak yang meninggal dunia tdk mempunyai cucu dari anak laki2; cucu tsb laki2 atau prempuan, dan jika tidak ada dua sdr atau lebih; sdr laki2 atau sdr perempuan.

b. Sdr laki2 seibu jka jumlah mrk 2 atau lebih, dan orang yang meninggal dunia tidak mempunyai ayah atau kakek, atau anak laki2 atau cucu dari anak laki2; cucu tsb laki2 atau perempuan.

c.Kakek jika ia bersama sdr2, namun 1/3 sdh cukup baginya, jika jumlah sdr laki2 lebih dari dua, dan jika jumlah sdr perempuan labih dari empat.

Catatan :
a.Jika seorang wanita meninggal dunia dg meninggalkan suami, ayah dan ibu, maka permasalahannya terdiri dari enam; suami mendaptakan ½ nya yaitu 3, ibu mendapatkan 1/3 dari ½ nya yaitu satu dan ayah mendptkan 2 dg tambahan ashabah.

b. Jika seorang laki2 meninggal dunia dg meninggalkan istri, ibu dan ayah, maka permasalahannya terdiri dari 4 (empat); ¼ nya, yaitu satu mjd milik istri, ibu mendapatkan 1/3 dari sisanya yaitu satu dan ayah mendapatkan dua dg ashabah.
Ibu pada dua kasus di atas tdk mewarisi 1/3 dari total harta warisan, namun mewarisi 1/3 dari harta yg tersisa. Itulah keputusan Umar bin Khattab r.a. sehingga masalah di atas dinamakan “masalah Umar”.

6. Seperenam. Bagian 1/6 diwarisi tujuh pihak, yaitu :

a. Ibu jika orang yang meninggal dunia mempunyai anak laki-laki atau mempunyai cucu laki-laki, atau mempunyai sdr lebih dari dua; sdt laki2 atau sdr perempuan, mrk sdr sekandung atau saudara seayah atau saudara seibu, dan mereka mewarisi atau terhalang oleh pihak lain.

b. Nenek jika org yg meninggal dunia tdk mepunyai ibu dan ia mewarisinya sendirian. Jika ada nenek lain yg sederajat dg.nya, maka bagiannya dibagi rata dengannya.

c. Ayah. Ia mewarisi 1/6 secara mutlak; orang yang meninggal dunia mempunyai anak atau tidak.

d. Kakek. Ia mewarisi 1/6 jika tidak ada ayah karena kakek adalah sederajat dengan ayah.

e. Sdr. Seibu; sdr laki-laki atau sdr perempuan.
Ia mewarisi 1/6 jika orang yang meningal dunia tidak mempunyai ayah, kakek, anak laki-laki, cucu dari anak laki-laki; cucu tsb laki-laki atau perempuan. Ini dengan  syarat saudara laki-laki seibu, atau saudara perempuan seibu tersebut sendirian dalam arti tidak mempunyai saudara laki-laki seibu yang lain, atau saudara perempuan seibu yang lain.

f. Cucu perempuan dari anak laki-laki.
Ia mewarisi 1/6 jika ia bersama satu cucu perempuan dari anak laki-laki dan ia tdk mempunyai sdr laki2, serta tdk mempunyai anak laki2 dari paman dari jalur ayah yang sederajat dg-nya. Berapapun jumlah anak perempuan dari anak laki-laki atau anakanaknya, mereka  tetap mendapatkan bagian 1/6.

g. Saudara perempuan seayah.
Jika ada satu saudara perempuan sekandung, tidak ada saudara laki-laki seayah, tidak ada ibu, tidak ada kakek, tidak ada anak laki-laki, tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-laki.