KEJUJURAN
LAMBANG KEBESARAN ISLAM
ﺃﻠﺤﻤﺪﷲﻨﺤﻤﺪﻩﻭﻨﺴﺗﻌﻴﻨﻪﻭﻨﺴﺗﻐﻔﺮﻩﻭﻨﻌﻭﺬﺒﺎﷲﻤﻦﺷﺮﻮﺮﺃﻨﻔﺴﻨﺎﻭﻤﻦﺴﻴﺄﺖﺃﻋﻤﺎﻠﻨﺎ
ﻤﻦﻴﻬﺪﺍﷲﻔﻼﻤﻀﻞﻟﻪﻭﻤﻦﻴﻀﻠﻞﻔﻼﻫﺎﺪﻱﻠﻪﻭﻤﻦﻠﻢﻴﺠﻌﻞﺍﷲﻠﻪﻨﻭﺮﺍﻔﻣﺎﻠﻪﻣﻦﻧﻭﺮ
ﺃﺸﻬﺪﺃﻦﻻﺇﻠﻪﺇﻻﺍﷲﻭﺤﺪﻩﻻﺷﺮﻴﻚﻠﻪﻮﺃﺷﻬﺪﺃﻦﻤﺤﻤﺪﺍﻋﺑﺪﻩﻮﺭﺴﻮﻠﻪﺃﻠﻟﻬﻢﺻﻞﻮﺴﻠﻡ
ﻮﺑﺎﺭﻚﻋﻟﻰﻤﺤﻤﺪﻮﻋﻟﻰﺃﻠﻪﻭﺼﺤﺒﻪﻮﻤﻦﺘﺑﻌﻬﻢﺒﺈﺤﺴﺎﻦﺇﻠﻰﻴﻭﻢﺍﻠﺪﻴﻦﺃﻤﺎﺑﻌﺪ
ﻔﻴﺎﻋﺑﺎﺪﺍﷲﺃﻭﺼﻴﻜﻢﻭﻨﻔﺴﻰﺑﺘﻘﻭﻯﺍﷲﻔﻘﺪﻔﺎﺰﺍﻟﻤﺘﻘﻭﻦﻮﻘﺎﻞﺍﷲﺘﻌﺎﻟﻰﻔﻲﻜﺘﺑﻪﺍﻟﻟﻜﺮﻴﻢ
Kaum Muslimin, jama’ah rahiakumullah,
Marilah terlebih
dahulu kita memanjatkan puji dan syukur ke hadlirat Allah SWT yang telah
berkenan melimpahkan rahmat dan kasih-Nya kepada kita sehingga pada saat ini
kita dapat menunaikan perintahNya, yaitu melaksanakan kewajiban shalat jum’at.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah dan tercurah kepada junjungan
kita, Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan semua orang yang
senantiasa mengikuti jejak risalah beliau . Amin.
Marilah kita
senantiasa memelihara dan meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT dengan
sungguh-sungguh dan dalam arti yang sebenar-benarnya. Kita hendaknya selalu
sadar dan yakin bahwa hanya melalui taqwa kita akan mendapatkan kebaikan dan
kebahagiaan hidup, baik di dunia sekarang ini maupun di kehidupan abadi kelak
kemudian nanti. Sebagai upaya meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT, marilah
dalam kesempatan ini kita bersama-sama sejenak memusatkan perhatian kita pada
masalah pentingnya menegakkan ”kejujuran”
sebagai lambang kebesaran Islam.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah,
Salah satu dari sekian
banyak akhlak Rasulullah SAW yang mulia adalah dimilikinya sikap “jujur”
baik dalam ucapan maupun dalam tindakan beliau. Karena sikap jujur inilah, penduduk
Makkah, baik mereka yang beriman maupun yang masih kafir memberi julukan beliau
dengan sebuatan “al-Amin” yakni orang yang terpercaya. Begitu obyektifnya
penduduk Makkah yang terkenal keras itu dalam menilai orang lain, meskipun
Muhammad bin Abdullah dianggap sebagai orang yang merusak budaya dan ajaran
kakek moyang mereka, tetapi kebencian itu tidak menghalangi mereka untuk
memberi penilaian atas diri Muhammad sebagai orang yang jujur. Rasulullah SAW
dari semenjak umur anak-anak, remaja hingga masa tuanya dikenal sebagai orang
yang jujur. Berkat kejujuran beliau ajaran Islam berkembang menyebar di
semenanjung Arabia hingga meluas keseluruh
dunia. Muhammad SAW tidak
dapat dipisahkan dengan Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin. Dinul Islam
berkembang dari zaman ke zaman sangat ditopang oleh sikap jujur yang dimiliki
oleh para penegak risalah ini.
Kaum Muslimin rahimakumullah,
”Kejujuran” sesungguhnya akan membawa ketentraman dan
kedamaian bagi pemilik watak mulia ini. Orang yang jujur akan memiliki
kemerdekaan dalam memandang hidup ini, terjauh dari perasaan tertekan, terjauh
dari sikap kepura-puraan, bahkan akan terhijab dari sikap dusta. Allah SWT
mengancam orang-orang yang suka berdusta melalui ayatNya :
”Sesungguhnya yang
mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada
ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta.” (QS. An-Nahl : 105)
Rasulullah SAW melarang ummatnya dari sikap
berbohong. Kebohongan akan menyeret seseorang pada sifat munafik. Sebuah hadits
yang diriwayatkan Muttafaqa ’Alaih menjelaskan : Bersabda Rasulullah SAW
”Ada empat hal, yang jika berada pada diri
seseorang maka ia menjadi seorang munafiq sesungguhnya, dan jika seseorang
memiliki kebiasaan salah satu daripadanya, maka berarti ia memiliki satu
kebiasaan (ciri) nifaq sampai ia meninggalkannya; bila dipercaya ia berkhianat,
bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia memungkiri dan bila bertikai ia
berbuat curang”.
Ayat 105 surat An-Nahl serta hadits shahih di atas menjelaskan bahwa
Allah mengharamkan kebohongan bagi hamba-hambaNya yang beriman. Dan sebagai
lawannya, Allah perintahkan manusia berlaku jujur. Memang ada sebuah riwayat
dimana Rasulullah SAW mengizinkan kita untuk berbohong, tetapi merupakan sebuah
pengecualian (istisna), sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut ini :
ﻜﻞﺍﻟﻜﺬﺐﻴﻛﺘﺐﻋﻟﻰﺍﺑﻦﺁﺪﻢﺇﻻﻔﻰﺛﻼﺚﺃﻟﺮﺠﻞﻴﻜﺬﺐﻔﻰﺍﻟﺣﺭﺐﻔﺈﻦﺍﻟﺣﺭﺐﺨﺪﻋﺔ○ﻭﺍﻟﺭﺟﻞﻴﻜﺬﺐﻠﻟﻤﺭﺃﺓﻔﻳﺭﻀﻴﻬﺎ○ﻮﺍﻟﺭﺠﻞﻳﻜﺬﺐﺑﻴﻦﺍﻟﺭﺠﻞﻠﻳﺻﻟﺡﺑﻴﻨﻬﻤﺎ
”Setiap
dusta (bohong) dicatat atas semua anak Adam (manusia) kecuali tiga : Orang
berdusta dalam peperangan, karena peperangan itu tipu daya; orang yang
berbohong kepada dua orang (yang bermusuhan) untuk mendamaikannya; dan orang
berdusta terhadap istrinya untuk menyenangkannya”. (HR. Thabrani).
Jama’ah
Jum’at Rahimakumullah,
Masyarakat atau bangsa yang
telah mampu menegakkan ”kejujuran” akan dilimpahi keberkahan dalam segala aspek
kehidupan. Kejujuran juga akan menghasung masyarakat untuk terus ber-fastabiqul
khairat. Kejujuran merupakan pintu gerbang lahirnya keadilan. Setiap perilaku
jujur akan menghantarkan pelakunya pada nasib mujur, sebaliknya sikap dusta
akan menghantarkan pelakukanya pada nasib derita. Lihatlah fenomena di sekitar
kita, karena sikap jujur telah lenyap, ada
pejabat menipu rakyat, ada pedagang berlaku curang, ada pegawai bertindak lalai, ada politisi berani
korupsi, ada aparat memeras rakyat. Akibat lenyapnya kekujuran, kita merasakan, hidup kian jauh dari rasa saling
percaya sebaliknya yang berkembang sikap saling curiga. Hidup jauh dari sikap
saling simpati dan empati, sebaliknya sikap antipati selalu menggerogoti diri.
Alih-alih dapat merasakan penderitaan orang lain, justru yang ada bagaimana
saling menerkam. Islam sebagai ajaran paripurna sangat menekankan bagi pemeluknya
untuk terus membangun kejujuran. Dalam sebuah hadits disebutkan, Rasulullah SAW
bersabda : Terdapat empat sifat, barangsiapa memilikinya maka di dunia ia akan
dinaungi kebahagiaan dan di akherat kelak ia akan diberi kesempatan duduk dekat
dengan Rasulullah serta akan mendapatkan syafa’at paling cepat. Keempat sifat
tersebut adalah :
- orang yang lurus dan jujur dalam ucapan dan tindakannya
- orang yang memegang teguh amanah yang dipikulkan dipundaknya
- orang yang baik akhlak budi pekertinya dan
- para penguasa /pemimpin yang memperhatikan rakyatnya.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah,
Menyadari betapa penting dan
tingginya nilai Kejujuran, sudah sewajarnya jika kita berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk selalu memupuk, memelihara sekaligus mengokohkan
nilai-nilai kejujuran tersebut pada diri kita masing-masing, dalam kehidupan masyarakat juga pada kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sehingga kejujuran bukan hanya menjadi semboyan namun dapat
dikebumikan dalam kehidupan nyata. Semoga Allah SWT senantiasa membuka nurani
kita untuk dapat tampil sebagai insan-insan yang jujur, baik jujur pada diri
sendiri, pada orang lain terlebih lagi pada Sang Khaliq Allah Ta’ala.
ﺑﺎﺭﻚﺍﷲﻠﻲﻮﻟﻜﻡﻔﻰﺍﻟﻗﺭﺁﻦﺍﻠﻜﺭﻴﻡﻭﺍﻠﺬﻜﺭﺍﻠﺤﻛﻴﻡﻮﻨﻔﻌﻨﻲﻭﺇﻴﺎﻜﻡﺒﻤﺎﻔﻴﻪ
ﻤﻦﺍﻷﻴﺎﺖﻮﺍﻷﺤﺎﺪﻴﺙﺴﻴﺪﺍﻠﻤﺮﺴﻠﻴﻦﺃﻠﻠﻬﻡﺍﻏﻔﺮﻮﺍﺮﺤﻡﻠﻟﻤﺴﻠﻤﻳﻦﻭﺍﻟﻤﺴﻟﻤﺎﺖ
ﻭﺍﻠﻤﯝﻤﻨﻳﻦﻮﺍﻟﻤﯝﻤﻧﺎﺖﺃﻷﺤﻴﺎﺀﻮﺍﻷﻤﻮﺍﺖﺒﺮﺤﻤﺘﻚﻴﺎﺃﺮﺤﻤﺍﻠﺮﺍﺤﻤﻴﻦ
ﻮﺍﻠﺤﻤﺪﷲﺭﺐﺍﻠﻌﺎﻠﻤﻴﻦ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar