MEMBANGUN KEPRIBADIAN MUSLIM
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kita bersyukur ke
hadlirat Allah SWT, bahwa pada abad 20 ini Islam mengalami perkembangan yang sangat
pesat, khususnya di benua Eropa. Kesadaran untuk memeluk Agama Islam, sekaligus mengamalkan ajaranya, dari hari kehari kian
semarak. Di Perancis, Belanda, Australia bahkan di Amerika sendiri sebagai
Negara Adidaya saat ini menunjukkan geliat semangat berIslam. Termasuk di negara-negara
Asia, syi’ar Islam semakin bergairah.
Hal ini sebagai bukti, bahwa Islam adalah Agama yang mengajarkan
kedamaian, kebersahajaan sekaligus sebagai jalan hidup dalam menggapai keselamatan yang haqiqi dunia hatta akherat sebagai
rahmat Ilahi.
Namun disisi
lain, dibalik meningkatnya kesadaran ummat
manusia untuk menerima Diinul- Islam,
kita juga dihadapkan pada satu persoalan serius, bahwa saat ini ummat Islam, baik dalam skala global maupun nasional tengah menghadapi tantangan yang sangat dasyat, yang
ditengarai digerakkan oleh kekuatan yahudi dengan gerakan
”Zionisme”
mereka, yang sangat halus dan licik,
juga gerakan yang digelorakan oleh ”kaum Munafik”. Sebenarnya
ancaman saat ini tidak jauh berbeda dengan ancaman yang dihadapi oleh
Rasulullah SAW dan para shabat nabi, disaat menyampaikan dakwah Islam pada saat
itu. Yang membedakan hanya cara dan strategi yang mereka lakukan. Dalam hal ini
Allah SWT mengingatkan kita dalam salah satu firmanNya, dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat: 60 berikut ini :
”Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik,
orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan
kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya kami perintahkan kamu
(untuk memerangi) mereka, Kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah)
melainkan dalam waktu yang sebentar”.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Ada empat
tantangan ummat Islam, sebagai siasat Yahudi dan kaum Munafik saat ini yang
harus kita waspadai untuk kemudian kita carikan solusi demi tetap menjaga martabat
dan kepribadian kita sebagai seorang Muslim.
Ke-Empat tantangan dimaksud antara lain,
- Ar-Riddah atau pemurtadan Aqidah.
- Ifsaadul Akhlaq atau perusakan Akhlak.
- Izdaabatusy-Syahsyiyyah
atau hilangnya
kepribadian sebagai seorang muslim,
- Tahthiimul Fikrah atau penghancuran akal fikiran ummat Islam.
Disadari
atau tidak, keempat persoalan di atas kini telah masuk dalam ranah kehidupan
ummat Islam. Jika hal ini tidak segera kita perangi, maka cepat atau lambat
ummat Islam akan kehilangan jati dirinya sebagai ”khoiru ummah” sebagai ummat pilihan, berarti pula lenyap kepribadian
kita sebagai seorang muslim.
Sekilas mari kita
renungkan, tentang keempat tantangan dimaksud. Pertama tentang ”Ar-Riddah” atau pemurtadan Aqidah. Ada dua sisi pemurtadan Aqidah yang terjadi saat ini yakni dalam
arti keluar
dari Agama Islam (murtad),
atau keluar
dari Aqidah Islam yang benar (sesat). Ar-Riddah dalam artii yang pertama
dapat kita buktikan dengan semaraknya pemurtadan dimana-mana, terutama melalui
program krestenisasi. Kondisi ekonomi yang mendera sebahagian ummat
Islam, ternyata menjadi cara paling efektif
untuk memalingkan keyakinan saudara-saudara kita dari ber-Islam menjadi inkarul
Islam. Termasuk sektor kesehatan, pendidikan, bahkan
melalui jalur perkawinan, menjadi strategi paling menjanjikan untuk
memalingkan ummat Islam dari Agamanya. Sementara dalam sisi yang kedua, kita
juga disodori sebuah realita, munculnya oknum Umat Islam yang memiliki aqidah
rapuh, dengan mengklaim dirinya sebagai nabi atau rusul atau imam
mahdi. Alirah Ahmadiyah Qadian yang diimami oleh Mirza Ghulam Ahmad, Jama’ah
Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang digagas oleh Ahmad Mushodek, Kerajaan Eden
bikinan Lia Aminuddin dan lain sebagianya, menjadi bukti nyata bahwa
itu semua adalah bentuk Ar-Riddah yang harus diperangi secara serius dan tegas.
Ma’asyiral Muslimin
Rahimakumulah.
Persoalan kedua
yang juga tidak kalah hebatnya adalah munculnya ”Ifsaadul Akhlaq” atau perusakan
akhlaq dalam diri ummat Islam, baik yang menimpa kalangan orang tua
maupun kaum remaja Islam. Khususnya generasi
muda Islam tanpa disadari telah kehilangan jati dirinya sebagai ummat Muhammad
SAW. Teladan hidup mereka bukan lagi sosok Rasulullah SAW sebgai ”Uswatun
Hasanah”, tetapi sudah bergeser pada yang lain. Banyak generasi muda
Islam yang tidak mengenal siapa Rasulullah, tidak memahami ajaran beliau, apalagi mengamalkan
sunnah-sunnahnya . Mereka lebih percaya diri mentauladani para artis, bintang
sinetron, para musisi, dengan mengekspresikan segala tingkah laku mereka. Dari
cara berbusana, berpenampilan , berbicara sampai dengan cara-cara bergaul.
Generasi muda, termasuk di dalamnya remaja Muslim, telah menjadkan mereka
sebagai tuhan, yang harus diikuti ajaranya. Islam yang mengajarkan etika
sekaligus eistetika kini telah dilindas oleh gaya hidup kaum selebritis. Aqiah,
ibadah, akhlak telah hanyut
dalam himpitan budaya jahiliyah moderen. Tragis dan mengerikan, tapi inilah
realita!
Begitu pula pelarutan
kepribadian atau ”Idzaabatusy-Syahsyiyyah” dalam diri
ummat Islam, turut melengkapi pudarnya jati diri Muslim saat ini. Bukankah Allah
SWT dengan tegas telah memilih kita, ummat Islam, sebagai ”Khoiru Ummah” atau
sebaik-baik ummat?. Namun titel yang dianugerahkan Allah SWT pada diri ummat
Islam ini tidak dipahami, alih-alih disyukuri dengan menjaganya. Justeru banyak
ummat Islam yang tidak percaya diri, minder, malu dan merasa hina dengan Islam
ini. Kalau kita melihat ummat lain, begitu percaya diri membawa kitab suci
mereka dengan terang-terangan saat berangkat ketempat peribadatan, lain halnya
dalam diri ummat Islam. Banyak yang merasa risih kalau harus membawa Kitab Suci
Al-Qur’an saat pergi ke pengajian-pengajian, malu membawa mukena ketika
berangkat ke kantor, ketempat-tempat seminar, ke kampus, dengan dalih merepotkan, takut dibilang sok
alim, takut dikatakan Islam ekstrim dan
banyak lagi alasan. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah telah memudarnya rasa kepribadian atau kepercayaan diri sebagai
seorang Muslim.
Allah SWT
memuliakan kita, tapi kita justru menghinakan diri kita sendiri. Bahkan tidak
sedikit, orang yang mengaku Muslim, namun dirinya tidak merasa berdosa ketika
meninggalkan shalat, tidak berpuasa, tidak berzakat apalagi naik haji, padahal
dirinya berkemampuan. Para kaum Muslimah, sebenarnya telah memahami dasar
hukumnya, bahwa menutup ’aurat bagi wanita yang telah balihg itu hukumnya
wajib, sebagaimana wajibnya perintah shalat. Tetapi kenyatannya, ada yang
shalatnya mau, tetapi menutup ’auratnya nanti dulu, kalaupun ada yang telah
mengenakan busana muslimah, kadang-kadang tidak sesuai dengan tuntunan
syari’at. Asal nutup, asal kain, tidak diperhatikan bahan kainnya,
transparankah atau tidak?
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Kondisi gelap ummat
Islam saat ini juga diperparah dengan gerakan ”Tahthiimul Fikrah” atau proses perusakan
akal fikiran. Kita harus sadari, ada kekuatan secara tersistematik, bahwa saat ini ummat manusia pada umumnya dan ummat
Islam pada khususnya sedang dirusak akal fikiranya. Dengan apa mereka dirusak
akal fikiran nya? Salah satu alat perusak akal fikiran manusia adalah dengan miras dan narkoba. Berapa
juta anak manusia yang mati sia-sia,
karena miras dan narkoba. Berapa besar anggaran negara yang habis hanya untuk menangani
persoalan narkoba? Berapa orang tua yang stres, karena anak mereka telah
kecanduan narkoba? Na’udzubillah min
dzalik!
Jika persoalan
Narkoba ini tidak ditangani secara serius, bukan mustahil duapuluh tahun
kedepan, ummat manusia akan mengalami kehancuran secara total, baik dari sisi
peradaban, martabat maupun kultur kemanusiaannyal. Mengapa tidak? Bagaimana
jadinya jika manusia telah hancur jasmaninya, rusak akalnya, lemah
pemikirannya, hilang semangat kerjanya? Bukankah martabat umat dan bangsa akan
terjaga, selagi manusia-manusianya memiliki jasmani yang kuat, akal yang
sehat, pikiran yang cerdas serta etos kerja yang semangat?. Wajar jika
Rasulullah SAW melalui lisan beliau yang mulia pernah mengingatkan :
”Setiap zat, bahan
atau minuman yang dapat memabukkan dan melemahkan adalah khamar, dan setiap
kahamar adalah haram”. (HR. Abdullah bin
Umar r.a).
Kaum Muslimin rahimakumullah.
Berpijak dari
kenyataan di atas, lantas apa yang seharusnya kita lakukan dalam rangka menjaga
”Kepribadian”
sebagai seorang Muslim?. Setiap muslim
harus memahami sekaligus memiliki ”Kepribadain” yang utuh dan
paripurna. Kepribadian Muslim artinya aktiviatas kejiwaaan seorang muslim
terhadap lingkungan hidupnya dalam dimensi agama, dengan menggunakan empat
psyce (jiwa), yakni: pikiran, perasaan, instuisi semangat dan
tanggapan indera. Untuk terbinanya Kepribadian Muslim, kita harus benar-benar
mendalami ajaran Islam dengan menyatukan kerjasama dari keempat jiwa tersebut,
secara berimbang dan saling isi mengisi
dalam menghadapai segala tantangan. Dengan demikian kita akan memiliki kepribadian yang kokoh dalam
hidup ini , bahkan kita bawa sampai mati.
Allah SWT dalam firman-Nya
yang Agung berfirman, sebagaimana tersebut dalam QS. Al-Anfal ayat 24-25 :
”Hai orang-orang yang beriman,
penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu
yang memberi kehidupan kepada kamu, Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah
membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan
dikumpulkan”.
”Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak
khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa
Allah amat keras siksaan-Nya”.
Seorang ulama
besar, Sayyid Qutb dalam mengomentari ayat di atas pernah
mengemukakan, bahwa untuk memiliki Kepribadian Muslim yang Istiqomah, ada empat
syarat yang harus kita tegakkan dalam diri kita, yaitu:
- Istislam Lillah, yaitu menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah Ta’ala,
- Tha’atun lahu wa Qiyadah yakni ta’at dan tunduk kepada Allah Ta’ala semata,
- Ittiba’an limanhajihi, yaitu mengikuti jalan hidup yang telah digariskan oleh Allah SWT dan yang
- Ihtikam likitabihi yakni berhukum dengan Hukum Allah, Al-Qur’anul Karim.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Demikianlah tadzkirah
yang dapat kami sampaikan, mudah-mudaan dapat kita jadikan renungan sebagai
upaya membangun kembali ”Kepribadian Muslim” yang kokoh,
sebagaimana Nabi kita dan para sahabat dahulu membangun kepribadian mereka,
sehingga beliau dan para sahabat, disegani oleh kawan maupun lawan.
Subhanakallahumma wa bihamdika, Asyhadu ’ala ilaha illa anta astaghfiruka
wa atuubu ilahi. Nasrun minallah wa
fathun qarib.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar