Oleh: Drs. Hi. Sutino
Sasmito
إن الحمد لله وحده, نحمده و نستعينه و نستغفره ونتوب اليه ونعوذ بالله من شرور
أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فهو المهتد ومن يضلله فلن تجد له وليا مرشدا,
أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله بلغ الرسالة
وأدى الأمانة ونصح للأمة وتركنا على المحجة البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها
الا هلك, اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن دعا بدعوته الى يوم
الدين. أما بعد, فيا عباد الله اوصيكم ونفسي الخاطئة المذنبة بتقوى الله وطاعته
لعلكم تفلحون. وقال الله تعالى في محكم التنزيل بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران : 102)
Kaum muslimin rahimakumullah..
Pertama-tama, marilah kita tingkatkan
kualitas taqwa kita pada Allah dengan berupaya maksimal melaksanakan apa saja
perintah-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul saw. Pada
waktu yang sama kita dituntut pula untuk meninggalkan apa saja larangan Allah
yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul Saw. Hanya dengan cara
itulah ketaqwaan kita mengalami peningkatan dan perbaikan…
Selanjutnya, shalawat dan salam mari
kita bacakan untuk nabi Muhammad Saw sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya
Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas Nabi (Muhammad Saw). Wahai orang-orang
beriman, ucapkan shalawat dan salam atas Nabi (Muhammad) Saw. [QS. Al-Ahzab
(33) : 56]
Kaum Muslimin rahimakumullah..
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
Imam Tirmizi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, Rasul Saw. bersabda :
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ
أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، لِلَّهِ فِيهِ
لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
Telah datang
kepadamu Ramadhan. Bulan yang dipenuhi berkah. Allah Azza Wajalla mewajibkan
kamu berpuasa padanya. Pintu-pintu langit dibuka dan pintu-pintu neraka
ditutup, dan selama Ramadhan itu para setan dibelenggu. Allah memiliki satu
malam dalam bulan Ramadhan yang nilainya lebih baik dari 1.000 bulan. Siapa
yang dihalangi kebaikannya, sungguh ia tidak akan mendapatkan apa-apa.
Kalau kita cermati berbagai ayat
Al-Qur’an dan Hadits Rasul Saw. paling tidak kita akan mendapatkan tidak kurang
dari 15 keberkahan dan kebaikan selama bulan Ramadhan :
1. Diturunkannya Al-Qur’an Al-Karim.
2. Diwajibkannya berpuasa.
3. Di dalamnya ada satu malam nilainya lebih baik dari 1000 bulan (83.3 thn).
4. Dibuka semua pintu syurga, ditutup semua pintu neraka dan dibelenggunya seta.
5. Diampunkannya dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.
6. Allah langsung menjamin balasan orang yang berpuasa.
7. Shaum adalah metode terbaik untuk manajemen diri dan syahwat.
8. Pendidikan latihan implementasi akhlak mulia seperti sabar, tsiqah Billah,
tangggung jawab sosial dan sebagainya.
9. Bau mulut orang yang shaum akan mengeluarkan wangi yang dahsyat di hari
kiamat nanti melebihi wanginya kasturi.
10. Kebahagiaan dunia dan akhirat.
11. Ada pintu syurga khusus untuk orang yang melakukan shaum bernama “Rayyan”.
12. Shaum akan menjadi syafaat di akhirat bagi yang melakukannya.
13. Sahurnya orang berpuasa diberkahi Allah.
14. Selalu mendapatkan waktu sahur di mana waktu sahur itu adalah momen terbaik
untuk istighfar pada Allah.
15. Shaum adalah menyehatkan fisik dan jiwa.
Kalau kita
jumlahkan semua keberkahan dan kebaikan Ramadhan yang dijanjikan Allah dan
Rasul-Nya itu, maka kita akan mendapat nilai totalnya = kebaikan dunia dan
akhirat. Betapa tidak? Kalau saja shaum yang kita lakukan selama sebulan setiap
tahun itu bisa menjadi pelatihan manajemen diri dan syahwat kita, pastilah kita
akan mendapatkan kebaikan yang banyak di dunia dan terhindar dari banyak
masalah. Kalau saja kita mendapat kesempatan menghidupkan satu malam dengan
berbagai ibadah (khususnya Qiyamullail, membaca Al-Qur’an dan mentadabburkan
ayat-ayatnya) yang kebaikannya lebih baik dari 1000 bulan (83.3 tahun), maka
satu malam itu bernilai lebih dari keseluruhan umur kita. Apalagi jika kita
dapatkan 10 kali dalam hidup ini maka hasilnya : 10 X 83.3 = 833 tahun. Jika 20
kali, maka hasilnya : 1.666 tahun. Jika kita dapatkan 30 kali dam hidup ini
maka hasilnya 2.499 tahun. Dan begitulah seterusnya.
Kalau saja
kita mati dalam keadaan dosa yang diampunkan sebagai imbalan ibadah shiyam dan
qiyam Ramadhan yang kita lakukan, berarti syurga adalah tempat kita kembali.
Kalau saja kita berhasil mencapai kegembiraan saat berbuka di dunia dan saat
bertemu dan melihat Allah nanti di akhirat sebagai imbalan ibadah shaum
Ramadhan yang kita lakukan, itu adalah tanda yang mengisyaratkan isnya Allah
kita masuk syurga, karena yang bisa bertemu dan melihat Allah itu hanya
penghuni syurga. Dan begitulah seterusnya… Sekali lagi, jika kita berhasil
meraih keberkahan Ramadhan dan kebaikannya, nilainya sama dengan kebaikan dunia
dan akhirat.
Pertanyaan
mendasar muncul kemudian adalah bagaimana caranya agar kita meraih keberkahan
dan kebaikan yang berlimpah di bulan Ramadhan itu? Apa mungkin semuanya itu
kita raih dengan cara yang sudah mentradisi seperti yang kita lihat sekarang
ini? Fakta hari ini menunjukkan seakan Ramadhan identik dengan berlomba-lomba
makan, minum, belanja ke pasar/mall dan pulang kampung? Fenomena tersebut
bertolak belakang dengan harapan kita meraih keberkahan Ramadhan dan
kebaikannya. Sebab itu, memahami rahasia di balik melimpahnya keberkahan
Ramadhan insya akan mendorong kita untuk mengevaluasi amaliah Ramadhan yang
kita jalankan. Kalah ternyata tidak sesuai dengan tuntunan Nabi kita Muhamamd
Saw. maka kita segera bertindak untuk menyesuaikannya agar keberkahan Ramadhan
yang bernilai semua kebaikan di dunia dan akhirat itu bisa kita raih.
Kaum Muslimin rahimakumullah..
Begitu
dahsyatnya keberkahan Ramadhan yang dijanjikan Allah dan Rasulullah pada kita.
Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya pasti akan bertanya dan
mencari selalu rahasia di balik keberkahan ramadhan itu agar kita dimudahkan
Allah untuk meraihnya.
Sesungguhnya keberkahan Ramadhan itu
disebabkan keberkahan Al-Qur’an. Karena yang penuh berkah itu adalah Al-Qur’an
itu sendiri. Maka malam diturunkan padanya Al-Qur’an itu ikut menjadi berkah.
Dalam Al-Qur’an disebutkan malam itu adalah “lailatin mubarokah” (malam yang
diberkahi), sebagaimana yang Allah jelaskan dalan surah Ad-Dukhan ayat 3 :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3)
Sesungguhnya
Kami turunkan ia (Al-Qur’an) pada satu malam yang penuh berkah. Sesungguhnya
Kami adalah Pemberi peringatan. [QS.
Ad-Dukhan (44) : 3]
Bahkan malam diturunkannya Al-Qur’an itu
menjadi bernilai lebih dari 1000 bulan (83.3 thn), seperti yang dijelaskan
Allah dalam surah Al-Qadr (97) ayat 1-3:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3)
Sesungguhnya
Kami turunkan ia (Al-Qur’an) itu pada malam Qadar (1) Dan tahukan kamu apa
malam Qadar itu? (2) Malam Qadar itu lebih baik (nilainya) dari seribu bulan
(3) [QS. Al-Qadr (97) : 1-3]
Demikian pula
bulan Ramadhan menjadi bulan yang diberkahi disebabkan pertama kali Al-Qur’an
turun adalah di bulan itu, seperti yang dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah (2) :
185 (شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ
وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ) dan hadits di atas. Bahkan dari 12
bulan yang Allah tetapkan dalam setahun [QS. At-Taubah (9) : 36] hanya bulan
Ramadhan yang disebutkan namanya dalam Al-Qur’an sebagaimana yang disebutkan
dalam surah Al-Baqarah ayat 185 di atas. Fakta ini mengisyaratkan bahwa bulan
Ramadhan menjadi berkah disebabkan keberkahan Al-Qur’an. Al-Qur’an itu penuh
keberkahan karena diturunkan Allah Pemilik keberkahan / Shahibul Barokaat.
Allah berfirman :
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ
لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا (1) الَّذِي لَهُ مُلْكُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ
فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا (2)
Maha Berkah
Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (1) yang kepunyaan-Nya-lah
kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu
bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan
Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (2) [QS. Al-Furqan (25) : 1–2]
Hal senada juga Allah jelaskan dalam
surah Al-A’raf/7 ayat 54, surah Al-Furqan/25 ayat 10 dan 61, surah Ar-Rahman/55
ayat 78 dan Al-Mulk/67 ayat 1.
Kalaulah Al-Qur’an
itu tidak diturunkan pertama kali di salah satu malam dari bulan Ramadhan, maka
malam tersebut dan bahkan bulan Ramadhan tidak akan mengandung keberkahan dan
kebaikan seperti yang dijelaskan dalam banyak hadist dan ayat Al-Qur’an. Sebab
itu, rahasia utama di balik keberkahan Ramadhan itu adalah Al-Qur’an. Sebagai
Muslim, kita wajib mengimani, mengambil, mempelajari dan mengikuti penyebab
keberkahan itu sendiri, yakni Al-Qur’an Al-Mubarok. Karena Al-Qur’an adalah
kitab yang penuh berkah seperti yang dijelaskan dalam surat Al-An’am/6 ayat 92 :
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan ini adalah Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan yang diberkahi, maka
ikutilah ia dan bertakwalah (kepada Allah), dijamin kamu mendapat rahmat-Nya (QS. Al-An’am
(6) : 155]
Demikian juga Allah jelaskan pada
beberapa ayat lain seperti dalam surah Al-An’am/6 ayat 155, Al-Anbiya’/21 ayat
50 dan Shad/38 : 29.
Kaum Muslimin Rahimakumullah…
Untuk
membuktikan betapa berkahnya Al-Qur’an itu, mari kita lihat sejenak sejarah
bangsa Arab, khususnya yang tinggal di kota Makkah dan Madinah. Saat Al-Qur’an
diturunkan, bangsa Arab adalah bangsa yang terpecah belah karena bangga dengan
suku, keturunan dan status sosial yang diciptakan tradisi nenek moyang mereka.
Kehidupan mereka sangat primitif, barbar dan brutal. Sejarah mencatat, sebelum
mereka mendapatkan keberkahan Al-Qur’an mereka terkenal dengan sebutan
masyarakat jahiliyah.
Pengertian masyarakat jahiliyah ialah masyarakat yang belum mengenal dan
belum dapat membedakan antara al-haq dan al-bathil, antara iman dan kufur, antara tauhid dan syirik, antara kebaikan dan
keburukan, antara manfaat dan mudharat, antara dosa dan pahala, antara dunia
dan akhirat, antara syurga dan neraka dan bahkan antara Tuhan Pencipta dan
hamba yang dicipta. Sebab itu, mereka dengan mudah terjebak melakukan berbagai
kejahatan, sejak dari kejahatan ekonomi, moral, kemanusiaan, sampai kejahatan
hukum dan ketuhanan. Pantaslah Umar Ibnul Khattab menggambarkan masyarakat
jahiliyah itu adalah masyarakat yang paling hina (adzallah qaum) di muka bumi.
Bandingkan dengan setelah mereka meyakini, menerima, membaca, memahami,
mengikuti (mengamalkan) dan memperjuangkan Al-Qur’an sebagai the way of life / manhajul hayah, apa yang terjadi dalam diri, keluarga dan masyarakat mereka? Terjadi
perubahan mendasar dan drastis sehingga mereka mampu meninggalkan semua
nilai-nilai keburukan dan hijrah kepada semua nilai kebaikan menurut Allah dan
Rasul-Nya. Berbagai pujian dan stempel kebesaran dan kemuliaan untuk mereka pun
datang dari langit atau wahyu. Di antaranya, mereka adalah sebaik-baik ummat
yang pernah ditampilkan Allah di atas muka bumi ini [QS. Ali-Imran (3) : 110]
dan Allah telah meridhai hidup mereka di dunia dan akhirat, seperti yang
dijelaskan Allah :
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ
وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا
ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan
bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya.
Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. [QS.
At-Taubah (9) : 100]
Kenapa Allah memuji dan mengakui mereka sebagai umat terbaik yang pernah
ditampilkan ke atas bumi ini? Dan kenapa pula mereka masih hidup di dunia sudah
Allah jamin mereka sukses di akhirat, yakni masuk syurga? Jawabanya ialah,
dengan keberkahan Al-Qur’an mereka mengalami life quadrant dari
jahiliyah kepada Islam. Atau dengan kata lain, mereka mampu hijrah dari
karakter jahiliyah kepada karakter Islam yang di antara cirinya seperti yang
Allah jelaskan dalam surat Al-Fath (48) ayat 29 :
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ
رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ
اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ
مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ
شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ
لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.
Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman
itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman
itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan
kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara
mereka ampunan dan pahala yang besar.” [QS. Al-fath (48) : 29]
Ayat di atas
menjelaskan tiga sifat yang paling menonjol dalam diri para sahabat Rasulullah
setelah mereka berinteraksi dengan Al-Qur’an. Ketiga sifat tersebut menjadi
karakter hidup mereka. Pertama, iman mereka kepada Allah melahirkan sikap yang
tegas dan jelas dan tidak ada sama sekali mujamalah (basa basi), apalagi
toleransi dalam hal-hal yang prinsip dan keimanan seperti walak dan barok
(sikap tegas terhadap orang-orang kafir dan kasih sayang terhadap sesama
Mukmin). Kedua, tunduk dan patuh total terhadap kandungan Al-Qur’an dan ajaran
Rasul Saw, tanpa harus taklid buta dan tidak kritis pada hal-hal yang perlu
dikritisi, selama bukan merupakan keputusan dan ketentuan wahyu. Ketiga, sikap
hidup yang lurus, ketundukan mutlak kepada Allah dan Rasul-Nya, hanya bertujuan
mencari ridha Allah semata, bukan kepentingan dan kesenangan dunia, apapun
bentuknya.
Tiga sifat tersebut menyebabkan sahabat Rasulullah memiliki profil sangat
luar biasa yang disebut Allah dengan “khairu ummah”. Dengan keberkahan Al-Qur’an yang
Allah turunkan, semua kebaikan dan keberkahan di dunia dan akhirat dapat mereka
raih. Mereka menjadi mulia, sebelumnya hina dina. Mereka mampu berjalan di atas
jalan Islam yang lurus di mana sebelumnya tersesat di atas padang pasir
jahiliyah dan tradisi peninggalan nenek moyang yang menipu. Tuhan mereka beralih
kepada Tuhan yang Hak, yakni Allah yang menciptakan mereka dan alam semesta di
mana sebelumnya adalah patung-patung dan sistem hidup yang mereka ciptakan
sendiri. Sistem hidup mereka yang diambil dari tradisi dan pemikiran nenek
moyang yang tidak bermutu dan bahkan menyesatkan berpindah kepada sistem
Al-Qur’an yang terjamin kebenaran isinya dan efektivitasnya bagi kehidupan
serta jaminan kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat. Kebanggaan palsu
berupa harta, keturunan, tempat lahir dan kedudukan berubah total kepada
kebanggaan Iman, taqwa dan amal shaleh. Orientasi hidup yang hanya terfokus
kepada kenikmatan dunia yang menipu, berubah total kepada kenikmatan akhirat
yang pasti seperti yang dijanjikan Al-Qur’an.
Itulah sebuah masyarakat yang di dunia menjadi masyarakat terbaik dan di
akhirat mendapatkan ridha, rahmat, ampunan dan syurga Allah. Semuanya tak lain
disebabkan interaksi mereka dengan Al-Qur’an Al-Mubarok secara baik dan
maksimal. Mereka imani semua isi dan kandungan Al-Qur’an, tanpa ragu
sedikitpun. Mereka baca Al-Qur’an setiap hari sehingga Al-Qur’an menjadi
bacaaan utama bagi mereka. Mereka amalkan semua perintah Al-Qir’an tanpa
melihat apakah perintah itu berat atau ringan. Mereka tinggalkan larangan
Al-Qur’an tanpa melihat apakah larangan itu sesuai atau tidak dengan keinginan
dan syahwat mereka. Mereka cermati dan pelajari sejarah manusia yang tertuang
dalam Al-Qur’an, baik yang terkait dengan sebab-sebab kebangkrutan tokoh,
pemimpin atau suatu bangsa terdahulu seperti Namrud, Fir’aun, Qarun, Samiri,
kaum Ad, Tsamud, Iram dan sebagainya, maupun yang terkait dengan kebangkitan
dan kemajuan mereka seperti Ashabul Kahfi, Ashabul Ukhdud, Dzul Qarnain,
Sulaiman, Yusuf dan sejarah hidup dan perjuangan para Nabi dan Rasul lainnya
yang diceritakan Al-Qur’an. Semua isi dan kandungan Al-Qur’an benar-benar mampu
mereka jadikan “hidayah” atau the
way of life dan nur (cahaya) dalam menjalankan
kehidupan di dunia ini.
Di samping mengamalkan Al-Qur’an, mereka juga memperjuangkan Al-Qur’an agar
menjadi manhajul
hayah (konsep hidup) bagi masyarakat dan umat
lain. Mereka bawa cahaya Al-Qur’an ke seluruh penjuru dunia agar umat manusia
mendapatkan penerangan hidup yang benar. Disebabkan jerih payah dan perjuangan
merekalah Al-Qur’an ini tersebar ke seluruh dunia, baik secara harfiyah maupun
secara maknawiyah dan implementasinya. Sebab itu, kita akan melihat kualitas
keislaman negeri yang dimasuki sahabat akan sangat berbeda pengaruh dan
kualitas Islamnya dibanding dengan negeri Islam yang Islamnya masuk melalui
selain sahabat. Bahkan tak sedikit di antara para sahabat Rasul Saw. yang
menghafal Al-Qur’an semuanya. Sungguh para sahabat itu adalah terjemahan hidup
Al-Qur’an dan pada waktu yang sama mereka adalah Al-Qur’an yang berjalan. Wajar
jika Rasul Saw. memerintahkan kita untuk mengikuti pola hidup dan manhaj
mereka, khususnya Khulafaurrasyidin.
Para sahabat Rasulullah merasakan
langsung perbedaan hidup sebelum dan sesudah bersama Al-Qur’an, persis seperti
janji Allah :
إِنَّ هَذَا الْقُرْآَنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ
الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا
كَبِيرًا(9) وَأَنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآَخِرَةِ أَعْتَدْنَا لَهُمْ
عَذَابًا أَلِيمًا (10)
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan
amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,(9) dan sesungguhnya
orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi
mereka azab yang pedih” (10). [QS. Al-Isra’ (17) : 9–10].
Sungguh Al-Qur’an adalah mukjizat dan
bila ia turun ke dalam hati manusia maka manusia akan mengalami mukjizat
kehidupan, yakni dari musyrik menjadi bertauhid, dari kafir menjadi beriman,
dari hina menjadi mulia, dari lemah menjadi kuat, dari pesimis menjadi optimis,
dari tertindas menjadi merdeka, dari penakut menjadi berani, dari pelit dan
egois menjadi pemurah, dari sombong menjadi rendah hati, dari pemalas menjadi
bersungguh-sungguh, dari kesempitan dunia menjadi kelapangan dunia dan
kelapangan akhirat, dari zalim menjadi adil, dari hati yang keras, kotor dan
dipenuhi gelora syahwat hewaniyah dan syaithoniyah menjadi lunak, bersih dan
dipenuhi kekhusyu’an kepada Allah, dari berorientasi dunia menjadi berorientasi
akhirat dan seterusnya.
Saking dahsyatnya mukjizat Al-Qur’an
itu, sekirana ia diturunkan ke atas gunung, maka gunung itu akan tunduk dan
hancur karena takut pada Allah sebagai pemiliknya, seperti yang Allah jelaskan
:
لوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآَنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا
مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ
لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu
akan melihatnya tunduk dalam keadaan terpecah belah disebabkan ketakutannya
kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya
mereka berfikir. [QS. Al-Hasyr (59) : 21]
Sebab itu, Al-Qur’an adalah mukjizat
masa lalu, sekarang dan masa datang dan bahkan sampai akhirat. Hanya Al-Qur’an
yang mampu memberkahi hidup dan kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
Sebaliknya, celaka dan tersesatlah manusia yang tidak mau menjadikan Al-Qur’an
sebagai petunjuk hidup dan sumber hukumnya di dunia ini. Al-Qur’an menjelaskan
:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ
حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آَيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ
تُنْسَى (126) وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآَيَاتِ رَبِّهِ
وَلَعَذَابُ الْآَخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى (127)
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta (124). Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau
menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang
melihat?"(125) Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu
ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun
dilupakan."(126) Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas
dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat
itu lebih berat dan lebih kekal.(127) [QS. Thaha (20) : 124–127]
Kaum Muslimin rahimakumullah…
Demikianlah
khutbah ini, semoga Allah mudahkan kita di bulan Ramadhan tahun 1431 hijrah ini
untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an dan memasukkan kita ke dalam golongan
hamba-Nya yang mendapatkan keberkahan Al-Qur’an agar kita menjadi orang-orang
yang sukses di dunia dan akhirat kelak, yakni dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam Syurga. Semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di syurga
Firdaus yang paling tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin
sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Allahumma amin..
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر
الحكيم أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم إنه تعالى جواد كريم ملك رؤوف رحيم إنه
هو السميع العليم …